BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Sabtu, 07 Mei 2011

Kondisi Membaik, Kapolda Papua Kunjungi Bram

"Saat ini jurnalis di Papua dilanda ketakutan, usai kasus penusukan Bram." 

 VIVAnews - Kesehatan Banjir Ambarita alias Bram, koresponden VIVAnews di Jayapura yang menjadi korban penusukan orang tak dikenal berangsur membaik. Saat ini Bram dirawat di ruang perawatan umum, Rumah Sakit Angkatan Darat Marthen Indey, Arioko, Jayapura, Papua.

Tiga bekas tusukan di perut, rusuk kiri dan samping dada tampak masih diperban. Setelah operasi pemotongan usus akibat luka tusuk pada Kamis pekan lalu, kini Bram dalam proses pemulihan.

"Karena usus saya dipotong, hingga saat ini saya belum bisa makan. Hanya minum, dan mengandalkan asupan infus," kata Bram kepada VIVAnews di ruang Nuri 1A, RSAD Marthen Indey, Kamis, 10 Maret 2011.

Belasan jurnalis Jayapura hingga kini terus bergantian menunggu Bram di RS. Tampak juga sang istri, Rooslin, setia menunggu Bram yang telah lancar menceritakan kasus penusukan itu.

Solidaritas jurnalis Papua, baik media lokal dan nasional, juga bergantian menunggu Bram, dan saling mengabarkan perkembangan kasus penikaman yang kini ditangani Polresta Jayapura.

Kapolda Papua Irjen Bekto Suprapto, hari ini sekitar pukul 10.00 WIB mengunjungi Bram. "Pak Kapolda selain mendoakan saya, juga berjanji akan mengusut kasus ini hingga tuntas," kata Bram.

Bram dan sejumlah wartawan Papua sudah menceritakan detail kronologis kasusnya. Bram berkeyakinan, penikaman terhadap dirinya terkait pemberitaan yang ditulis.

Setidaknya, kata Bram, saat ini ada dua kasus mengancam jiwanya. Pertama, kasus mafia tanah melibatkan aparat dan pengusaha lokal. Kedua, kasus pengungkapan oral seks yang dilakukan tiga aparat kepolisian terhadap seorang tahanan. Namun, saat ini polisi sudah memberikan sanksi ke tiga aparat tersebut.

Para jurnalis Papua akan menggelar aksi keprihatinan, dan menuntut penuntasan kasus itu, Jumat, 11 Maret 2011. Aksi damai akan berlangsung di Taman Imbi, depan kantor DPRD Jayapura.

Aksi akan diikuti seluruh elemen jurnalis, baik tergabung dalam Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jayapura, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) maupun elemen pro demokrasi dan aktivis2 lainnya.

"Saat ini jurnalis di Papua ketakutan, usai kasus penusukan Bram. Kami tak berani keluar atau jalan sendiri. Kami merasa sering diikuti orang tak dikenal. Bahkan ada wartawan yang sampai tiga hari tak berani liputan, karena merasa terancam. Kami menuntut perlindungan terhadap jurnalis dalam menjalankan tugas," kata Cici, jurnalis Bintang Papua.(np)

Tidak ada komentar: