BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Sabtu, 14 Mei 2011

Polri Waspadai Intelijen Teroris

 Jpnn
JAKARTA - Serangan bom balas dendam atas kematian Osama bin Laden di pintu gerbang Akademi Constaburaly Frontier, Charsadda membuat aparat di Indonesia meningkatkan kewaspadaan. Sejak tewasnya pemimpin Al Qaeda 1 Mei lalu, sejumlah strategi antisipasi telah disiapkan polisi untuk mengantisipasi aksi balas dendam lokal.


"Sore ini memang baru saja ada rapat. Tidak khusus membahas soal Pakistan tapi banyak hal," kata sumber Jawa Pos di lingkungan antiteror tadi malam (13/05). Siapa saja yang rapat dan lokasinya, tetap dirahasiakan.

Menurut perwira ini, selain upaya penindakan dengan memburu sisa-sisa jaringan teroris yang masih punya kekuatan, upaya lain juga dilakukan. "Misalnya, mencari informasi dengan teman-teman dan sumber-sumber yang mau kooperatif demi negara," katanya.

Tentu, identitas orang-orang ini statusnya sangat confidential. Sebab, risiko bagi mereka adalah nyawa, baik bagi diri sendiri maupun keluarganya. "Jangan dikira teroris tidak punya counter intelijen, mereka juga punya orang-orang yang khusus ditugasi untuk itu," jelasnya.

Upaya preventif  (pencegahan) lebih diperkuat karena aparat anti teror (BNPT dan Polri) tak ingin ada aksi yang membawa korban baik jiwa maupun fisik. "Teman-teman yang bergerak di lapangan itu ada atau tidak ada bom di Pakistan terus bekerja, 24 jam sehari, tujuh hari seminggu," katanya.

Di Densus 88 Mabes Polri ada sub detasemen intelijen yang terdiri dari tiga unit. Yakni unit deteksi, unit analisis, dan unit kontraintelijen. Mereka diberikan wewenang untuk menjalankan tugasnya semaksimal mungkin. Termasuk dengan tidak perlu berpakaian seragam, hadir di kantor, maupun berpenampilan berbeda dibandingkan seperti polisi pada umumnya yang lazimnya rapi, rambut pendek, tanpa jenggot, dan sebagainya.    

Secara terpisah, di Mabes Polri, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Anton Bachrul Alam menjelaskan, Densus 88 masih mengurai sisa-sisa anggota kelompok M Syarif yang melakukan peledakan di Mapolresta Cirebon. "Masih ada upaya dari penyidik di lapangan," katanya.

Kamis (12/05) lalu, petugas mengamankan seorang terduga teroris berinisial HB di Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah. HB ditangkap untuk diperiksa selama 7 x 24 jam. Belum bisa dipastikan apa peran HB, namun petugas menangkap dengan bukti permulaan yang dianggap cukup. "Saya belum bisa jelaskan karena memang masih didalami. Nanti kalau sudah positif , kita akan sampaikan," kata Anton.(rdl/iro)

Tidak ada komentar: