BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Senin, 09 Mei 2011

SBY: Ada Perbedaan Fundamental Soal Konflik Thailand-Kamboja

Hery Winarno - detikNews

Jakarta - Sengketa perbatasan antara dua negara ASEAN, Thailand dan Kamboja menjadi salah satu isu yang dibahas dalam KTT ASEAN ke-18. Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ada perbedaan yang fundamental dari kedua negara bertetangga tersebut sehingga konflik tak kunjung selesai.

"Tadi pagi saya bertemu dengan Perdana Menteri Hun Sen dan Perdana Menteri Abhisit. Saya tentu mendengarkan dengan seksama perspektif masing-masing, termasuk pemikiran masing-masing. Ternyata memang ada perbedaan perspektif, perbedaan yang sesungguhnya fundamental," ujar presiden SBY saat menggelar konferensi pers terkait hasil KTT ASEAN di Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC), Jl Gatot Subroto, Jakarta, Minggu (8/5/2011).

Perbedaan yang fundamen tersebut yaitu soal sikap kedua negara dalam menentukan solusi atas konflik di perbatasan kedua negara. Kamboja menginginkan adanya kehadiran tim peninjau terlebih dahulu di daerah konflik, setelah baru pertemuan bilateral kedua negara baru bisa dilakukan.

"Sedangkan Thailand ingin terlebih dahulu dilakukan pertemuan bilateral dan lihat bagaimana MoU kedua negara sebelum tim peninjau (observer) hadir di perbatasan," jelas SBY.

Namun SBY bisa menyatukan perbedaan tersebut. Solusi yang ditawarkan yakni permintaan kedua negara bisa dilakukan bersamaan. Pertemuan bilateral dijalankan kedua negara dan pengiriman tim pemantau di daerah konflik juga dilakukan.

"Menlu Thailand dan Kamboja masih tinggal beberapa hari lagi bersama Menlu kami untuk merumuskan pengintegrasian penyelesaian, timeline proses dan hal-hal yang berkaitan dengan itu. Mudah-mudahan bisa dilakukan penyelesaian lebih yang lebih komprehensif, riil, dan efektif," harap SBY.

Kehadiran kepala negara Kamboja dan Thailand ke Indonesia dalam KTT ASEAN ke-18 kali ini diharapkan membawa angin segar bagi penyelesaian konflik. Para prajurit di perbatasan kedua negara juga diharapkan bisa menahan diri untuk tidak meklakukan konflik bersenjata.

"Harapan saya karena kedua pemimpin hadir di Jakarta, bisa disampaikan ke military commanders, prajurit di lapangan untuk tahan diri dan tidak terlibat dalam fire contact sehingga solusi ini bisa dijalankan dengan baik," imbuhnya.

 

Tidak ada komentar: