BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Sabtu, 14 Mei 2011

Wirausahawan Hebat Ternyata Banyak Yang Disleksia

INILAH.COM, Jakarta – Disleksia selama ini dianggap sebagai gangguan yang menghambat prestasi seseorang. Tapi, kondisi ketidakmampuan ini ternyata dapat menciptakan wirausahawan yang sukses. Bagaimana bisa?
Anda pasti kenal dengan beberapa nama orang seperti Albert Einstein, Tom Cruise, Orlando Bloom, Whoopi Goldberg dan Lee Kuan Yew. Ya, mereka adalah entertainer, penemu dan tokoh politik terkenal dunia. Tapi selain itu, mereka juga penderita disleksia.
Beberapa penderita disleksia dewasa lain yang terkenal adalah penemu Reader Intel, Ben Foss, pendiri dan CEO New England Wood Pellet, Steve Walker, serta Carol Greider, Ph.D, pemenang Penghargaan Nobel dalam Fisiologi dan Kedokteran 2009.
Demikian juga Richard Branson, Charles Schwab, Ted Turner, dan CEO Cisco John Chambers yang berada di perusahaan bagus, semua menderita disleksia. Bahkan Henry Ford mengalami gangguan tersebut.
Carl Schramm, CEO Ewing Marion Kauffman Foundation yang bertujuan memajukan kewirausahaan sempat mempertanyakan, apakah orang-orang yang memiliki disleksia lebih visioner dan bisa melihat hal-hal yang berbeda.
"Mereka datang pada realisasi bahwa masyarakat menyebutkan jumlah keahlian yang diperlukan untuk sukses dan bahwa mereka tampaknya tidak memiliki. Mereka kemudian pergi keluar dan membangun lingkungan di mana mereka akan mempunyai pengaruh. Itu semacam hipotesis kerja saya untuk menjelaskan mengapa semua pengusaha ini memiliki ciri-ciri disleksia. "
Korelasi antara disleksia dan kewirausahaan telah lama menjadi subjek penyelidikan ilmiah. Pada 2004, Cass Business School di London menemukan bahwa 20% dari pengusaha Inggris yang disurvei mengatakan mereka menderita disleksia, sedangkan para manajer mencerminkan insiden disleksia nasional Inggris sebesar 4%.
Di AS, hasilnya lebih persuasif. Para peneliti yang sama berdasarkan riset di Inggris menemukan bahwa 35% pengusaha Amerika yang disurvei mengidentifikasi diri mereka sebagai disleksia.
Studi ini juga menyimpulkan bahwa disleksia dibandingkan nondisleksia, lebih mungkin mendelegasikan wewenang dan unggul dalam komunikasi lisan dan pemecahan masalah. “Selain dua kali lebih berpotensi memiliki dua atau lebih bisnis," menurut The New York Times, yang pertama melaporkan hasil penelitian kembali pada 2007.
Ketika majalah Time bertanya kepada Richard Branson, sang maestro media dan pendiri Virgin, apakah disleksianya menghalangi kemampuan bisnisnya, Branson memberi respon tajam dan jujur bahwa disleksianya justru membantunya dalam berbisnis.
"Ketika saya memulai sebuah perusahaan baru, saya perlu memahami periklanan. Jika saya bisa memahaminya, maka saya percaya siapapun bisa. Virgin berbicara dalam bahasa yang normal ketimbang menggunakan frase yang tak dimenegerti seorang pun, misalnya 'industri keuangan-jasa’,“ paparnya.
Pada 2010, Roper Poll menunjukkan bahwa empat dari lima orang Amerika mengaitkan disleksia dengan keterbelakangan mental, meskipun tidak ada hubungannya dengan kecerdasan atau penyakit mental apapun.
Sedangkan National Institute of Neurological Disorders and Stroke mendefinisikan disleksia sebagai "tipe otak dengan ketidakmampuan belajar yang secara khusus mengganggu kemampuan seseorang untuk membaca." Insutitu tersebut mencatat, orang dengan kondisi demikian, "biasanya membaca pada tingkat yang signifikan lebih rendah dari yang diharapkan, meskipun memiliki kecerdasan normal."
Beberapa akademisi mengaitkan disleksia dengan kewirausahaan, atas fakta bahwa gangguan yang mereka perlukan dari usia muda perlu mengandalkan intuisi dan isyarat-isyarat sosial.
"Ada banyak atribut positif yang tidak dapat diajarkan pada orang yang pada umumnya tidak sadar," kata Dr Sally Shaywitz, profesor pembangunan pembelajaran di Yale University, pada BusinessWeek pada 2007. "Kami selalu menulis tentang bagaimana kita kehilangan SDM, disleksia tidak dapat mencapai potensi mereka karena mereka harus berada di sekitar sistem."
Memiliki gangguan seperti disleksia, bagaimanapun, memaksa mereka mengembangkan kecerdasan lain sebagaimana menangani kesulitan dan persiapan kegagalan yang kuat untuk hidup sebagai seorang pengusaha.
"Banyak keterampilan disleksia yang dipelajari dalam tahun-tahun formatif mereka, menjadi latihan terbaik untuk menjadi pengusaha sukses," kata BusinessWeek.
"Seorang anak yang secara kronis gagal mengikuti tes standar harus merasa nyaman dengan kegagalan. Menjadi pembaca lambat memaksa Anda untuk mengekstrak hanya informasi penting, sehingga Anda terus-menerus mencari inti tulisan. Disleksia juga dipaksa untuk mempercayai dan mengandalkan orang lain untuk melakukan hal-hal tertentu, keterampilan penting bagi siapa saja yang bekerja untuk membangun bisnis." [mdr]

Tidak ada komentar: