BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Selasa, 06 Januari 2015

Ini Kecanggihan Pesawat Orion Korsel yang Sudah Temukan 6 Korban QZ8501

Elza Astari Retaduari - detikNews

Jakarta - Pesawat P-3C Orion KN-01 milik Korea Selatan dikirimkan ke Indonesia untuk membantu pencarian Pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di sekitar selatan Perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Pesawat buatan pabrikan Amerika Lockheed Martin Amerika ini bahkan berhasil menemukan 6 jenazah korban melalui pantauan udara.

Berdasarkan informasi dari Dispen TNI AU dan juga dirangkum dari berbagai sumber, pesawat ini memiliki kecepatan Patroli205 knot (375 kmpj) dengan jarak jelajah 300 Nautical Miles (NM). Pesawat intai maritim anti kapal selam milik angkatan udara Negeri Ginseng itu dilengkapi dengan berbagai peralatan canggih.

Pesawat ini memiliki teknologi khusus di bagian ekor pesawatnya yang dibuat untuk menemukan obyek di dalam laut. Orion tipe P-3 dilengkapi dengan detektor anomali magnetik di ekornya untuk untuk menemukan kapal selam di bawah laut. Sayangnya jangkauan alat tersebut terbatas sehingga pesawat harus terbang dekat-dekat dengan permukaan laut.

Saat pencarian AirAsia di hari keduanya, Jumat (2/1) lalu, pesawat ini terbang cukup rendah yakni pada ketinggian 300 feet atau sekitar 100 meter dari permukaan laut. Alat ini diletakkan di bagian ekornya karena dapat menimbulkan kebisingan elektromagnetik karena sensitivitas detektor sehingga dapat mengganggu alat lain di pesawat.

Orion mampu bertahan hingga 14 jam dan diterbangkan oleh sekitar 10 kru pesawat dengan 4 mesin turboprop Allison T56-A-14. Masing-masing turboprop itu memutarkan 4 pisau baling.

Sistem anti-kapal selam untuk teknologi pemindaian pesawat ini terdiri atas AN/ARR-78 (V) sistem alat sonar atau sonobuoy, AN/ARR-72, indikator rekaman, 2 analis arah akuistik frekuensi dan tape perekam sonar. Sonobuoys diluncurkan dari dalam kabin utama dan juga dari cantelan luar.

Pesawat ini dilengkapi dengan digital multi-mode radar. Di mana sistem pengawasan penerima elektroniknya bisa secara otomatis beroperasi dalam mode pencarian yang bisa menjadi radar kapal selam. Saat sinyal radar kapal selam terdeteksi, sistem ini bisa beralih ke modus untuk menemukan arah dan menandai sinyal yang ditangkap oleh pesawat.

Orion Korsel ini sebelum ikut SAR AirAsia ini disebut pernah melakukan pencarian Pesawat Boeing 777 MH 370 milik Malaysia Airlines dengan rute Kuala Lumpur-Beijing yang hilang pada bulan Maret 2014. Pada misinya kali ini, Orion membawa 2 pilot dan 8 kru pesawat.

Satgas P-3C Orion Korsel ini dibawah pimpinan Mission Commander Colonel Yoon Kiheui, dengan Captain Pilot Mayor Lee Jung Bong dan Captain Song Yong Hoon, serta Copilot Captain Jang Woo Yong dan Captain Lee Gyu Yoon. Tim Korsel juga melibatkan personil perwira penerbang CN-295 TNI AU Mayor Pnb Trinanda Hasan dari Skadron Udara 2 Halim yang bertindak selaku observer sekaligus penerjemah.

Pesawat ini sebenarnya memiliki misi untuk membantu mencari badan pesawat AirAsia yang hilang pada Minggu (28/12/2014) lalu. "Pesawat intai Maritim anti Kapal Selam AU Korsel ini akan membantu melokalisir badan utama pesawat Airbus yang hilang," ujar Kadispenau Marsma Hadi Tjahjanto beberapa waktu lalu.

Tidak ada komentar: