INILAH.COM, Jakarta – Pertumbuhan ekonomi tiga bulan pertama
2013 hanya 6,02%. Secara kuartalan, PDB kali ini bisa dikatakan lemas.
Betapa tidak, ini adalah pertumbuhan ekonomi kuartalan terlemah sejak
September 2010.
Perekonomian nasional yang diukur dengan
Produk Domestik Bruto (PDB) riil tumbuh 6,02% memang di bawah konsensus
perkiraan kalangan ekonom, dan terendah sejak September 2010.
Penyebabnya adalah melemahnya permintaan domestik, yang merupakan penggerak utama ekonomi nasional dan pertumbuhan investasi.
Konsumsi
publik atau nonpemerintah, melemah tajam akibat tekanan inflasi, namun
tidak persisten. Jika pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak
bersubsidi, konsumsi bisa melemah sampai dua kuartal.
Akan tetapi,
hal yang patut dicatat adalah meningkatnya pembelanjaan yang terkait
dengan persiapan pemilihan umum. Tekanan konsumsi domestik juga bisa
terbatas dengan membaiknya pasar kerja. Itu terefleksi dari menurunnya
tingkat pengangguran terbuka ke posisi di bawah 6%, yakni 5,92% posisi
saat ini.
“Sedikit menggembirakan, konsumsi pemerintah tercatat
sedikit membaik dari perkiraan kami. Tampakya akibat tingginya belanja
yang terkait dengan pemilihan umum di daerah, meskipun penyerapan
anggaran rendah terkait dengan persoalan administratif,” ujar ekonom
Bank Danamon, Dian Ayu Yustina.
Pertumbuhan investasi tetap
melemah walaupun data investasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
meningkat dalam kuartal pertama. Rendahnya realisasi investasi
ditunjukkan dari melemahnya pertumbuhan sektor konstruksi yang hanya
7,19% secara tahunan ketimbang 7,8% pada kuartal sebelumnya.
Kinerja
ini diperburuk pertumbuhan negatif impor mesin-mesin (-0,07% tahunan).
Indikasi sebelumnya telah ditunjukkan pula dari melambatnya penjualan
semen dan penurunan impor barang-barang modal.
Ekspor neto yang
membaik memang di luar perkiraan, tumbuh 17% secara tahunan, umumnya
didorong penurunan tajam impor. Anjloknya harga komoditas secara global
sebenarnya menekan ekspor. Namun, impor juga merosot drastis akibat
konsumsi dan aktivitas ekonomi yang melambat.
Pada sisi lain,
tidak ada perubahan signifikan pertumbuhan struktur industri. Yang
umumnya digerakkan sektor tersier yang selama ini berkontribusi besar
dalam pertumbuhan ekonomi.
Kinerja sektor transportasi dan
komunikasi tetap baik, tumbuh secara tahunan10%, diikuti sektor
finansial. Sektor pertanian membaik secara signifikan seiring datangnya
musim panen.
Meski demikian, sektor pertambangan masih tetap
tertekan bersamaan dengan belum munculnya tanda-tanda pemulihan harga
komoditas. Sektor manufaktur non-migas pun melambat , khususnya makanan
dan tekstil.
Itulah berbagai alasan, mengapa kinerja pertumbuhan
PDB triwulan pertama tahun ini berkinerja buruk. Ada yang bisa diatasi
oleh pemerintah, pengusaha, namun ada yang hanya bergantung pada nasib
baik, yakni adanya perbaikan ekonomi dan bisnis di luar sana.[dis]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar