Oleh: Ahmad Farhan Faris
INILAH.COM, Jakarta - Sugianto bersama putrinya melakukan aksi
di Bundaran Hotel Indonesia (HI) untuk menjual ginjal demi menebus
ijazah sekolah anaknya, Rabu (26/6/2013).
Tara Meilanda
Ayu (19) mengaku telah mengikuti pendidikan di Pondok Pesantren
Al-Ashriyyah Nurul Iman kawasan Parung Bogor, Jawa Barat selama tujuh
tahun. Namun hingga kini, ia belum menerima dua ijazah dari sekolah
tersebut.
"Ijazah saya belum ditebus sejak SMP dan SMA," kata Ayu saat ditemui di Bundaran HI, Jakarta.
Ayu
yang tinggal di Jalan Kebon 200, RT 07/02, Kelurahan Kamal, Jakarta
Barat ini menuturkan kalau awalnya sekolah di pondok pesantren disana
tidak dipungut biaya apa pun (gratis). Namun, pascapimpinan pondok Habib
Sagaf meninggal dunia, ada biaya yang dikenakan.
"Sekarang
pondok pesantren dipimpin oleh istri Habib, jadi disuruh tebus ijazah
sampai Rp17 juta," ungkap gadis yang mengenakan jilbab warna hitam ini.
Menurutnya,
bukan hanya Ayu saja yang disuruh tebus ijazah dengan uang, melainkan
juga ribuan santri atau temannya diperintahkan hal yang sama. "Selain
Ayu banyak yang belum nebus, cuma pada enggak berani. Kalau Ayu sudah ke
Komnas HAM, Diknas," ujar putri kedua dari 5 bersaudara.
Ia
menjelaskan, ayahnya Sugianto yang bekerja sebagai tukang jahit di
rumahnya itu ingin menjual ginjal untuk menebus ijazahnya. "Bapak yang
mau jual, harga sih engagak tahu dah bapak. Kalau ibu sudah meninggal 12
tahun lalu," ucapnya.
Sementara Sugianto ayah Ayu, mengaku siap
menjual bagian organ tubuhnya demi menebus ijazah sekolah putrinya itu.
"Saya siap jual ginjal bahkan jantung pun siap demi ijazah anak saya,
karena selama 7 tahun anak saya belum lihat dan terima itu ijazah,"
jelas Sugianto.
Sugianto mengaku terpaksa menjual ginjalnya demi
masa depan putrinya itu. Sebab, berbagai cara sudah dilakukan namun
belum juga ada jawaban dari instansi yang dikunjunginya.
"Saya sudah ke Komnas HAM, Diknas, Kementerian Agama, tapi semua tidak ada yang jelas sampai saat ini," tukasnya.
Sugianto
mengemukakan, bahwa putrinya yang sekolah pondok pesantren disuruh
menebus dua ijazah dengan total Rp17 juta. Ijazah SMP Rp7 juta dan
ijazah SMA Rp10 juta. "Saya pikir sudah tidak ada jalan lagi, saya sudah
ke pondok mohon-mohon dan minta surat miskin ke Lurah tapi ditolak. Ini
jalan terakhir," kata dia.
Untuk itu, Sugianto berharap kepada pemerintah supaya lebih memperhatikan pendidikan.
Dari pantauan INILAH.COM,
seorang pria yang mengenakan kemeja jeans biru memakai topi memegang
speaker bersama putrinya yang mengenakan baju kemeja merah lengan
panjang berjilbab hitam memegang poster bertuliskan 'kepada saudara yang butuh ginjal kami siap jual tubuh kami siap dibelah demi u/ menebus ijazah'.
Selain
itu, Sugianto pun mendendangkan lagu ciptaannya sendiri dengan sebuah
gitar di tangan dan pianika di mulutnya yakni lagu 'Mencari Keadilan'
serta 'Parung Menggantung'. [mvi]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar