Pewarta: Aditia Maruli
Jakarta (ANTARA
News) - Salah satu perusahaan yang disebut-sebut terkait dengan kabut
asap, PT Langgam Inti Hibrindo (LIH), membantah telah membuka lahan
dengan cara membakar dan berkontribusi pada timbulnya kabut asap di Riau
serta sekitarnya.
"Kami tidak punya lahan kebun di tempat yang disebut-sebut sebagai hotspot," kata Rudi Ngadiman, Direktur PT Provident Agro Tbk (PALM), perusahaan pemilik LIH, dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Rudi kemudian menunjukkan peta citra satelit bergambarkan lahan sawit mereka dan titik-titik hospot yang dia sebut berada di luar wilayah LIH.
Peta tersebut bersumber dari Bappeda Map Provinsi Riau yang dirilis oleh news.mongabay.com periode 11-21 Juni 2013 dengan hotspot di Desa Sering Pelalawan, Riau.
"Lahan di Desa Sering bukan milik LIH. Wilayah Desa Sering berjarak sekitar 11 km dari lahan LIH," kata Rudi.
Dia juga menampilkan peta Kementerian Kehutanan yang dirilis news.mongabay.com pada periode yang sama dan tidak terdapat hospot di areal LIH.
LIH
juga menunjukkan peta dari Sumatera Hotspot Location yang dirilis
Singapore National Environment Agency pada tanggal 21-23 Juni 2013.
"Tidak terdapat hospot di areal milik PT LIH," kata Rudi.
Ketika
ditanya apakah LIH akan mengambil langkah hukum atas penyebutan mereka
sebagai terduga pembakar lahan, Rudi mengatakan "Kami tidak mengambil
langkah apa-apa, kami cuma ingin mengklarifikasi bahwa hotspot bukan berada di wilayah kami. Sumber kami juga sama yaitu citra satelit NOAA," katanya.
PALM
sejak tahun 2007 memiliki anak usaha dan saham di LIH serta beroperasi
di Desa Rantau Baru, Palas, K Tarusan, Kemang, Penarikan, Gondai,
Pelalawan Riau. Mereka memiliki luas lahan tertanam sekitar 6.583
hektare.
Lebih lanjut Rudi mengemukakan pihaknya telah menerapkan "zero burning policy" yaitu membuka lahan tanpa membakar. Proses membuka lahan dilakukan secara manual (menebang dengan kapak dan chainsaw) serta mekanis (menggunakan buldozer dan excavator).
Menurut
Rudi, selama ini mereka telah melakukan pencegahan kebakaran dengan
membangun parit di sekeliling perkebunan sawit. Mereka juga memiliki
mesin air, tangki air, dan menara pantau.
"Saat ini kami akui
bahwa kami maupun perusahaan lainnya yang bertetangga sedang konsentrasi
mencegah kebakaran di lahan masing-masing, jadi belum ada koordinasi
untuk pemadaman di luar wilayah kami. Tapi, kami siap jika diminta
berpartisipasi dalam pemadaman," kata Rudi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar