Pewarta: Nikolas Panama/Ahmad Buchori
Jakarta (ANTARA News) - Pengelola stasiun pengisian bahan bakar umum
(SPBU) pada beberapa kawasan di Jakarta Selatan minta pemerintah untuk
tegas dalam mengeluarkan kebijakan pembatasan penjualan solar
bersubsidi.
"Pembatasan solar bersubsidi itu salah satu kebijakan yang
mengambang sehingga membingungkan pengusaha SPBU maupun konsumen," kata
pengelola SPBU 3412702 PT Bestindo Putra Perkasa, M Dasim (38), di
Mampang, Jakarta Selatan, Selasa.
Dia mencontohkan pemerintah membatalkan kebijakan pembatasan
penjualan solar bersubsidi di beberapa SPBU di kawasan Jakarta Selatan
sejak Senin (4/8). SPBU yang dikelola Dasim salah satu yang mendapat
kebijakan tersebut sehingga sejak Senin (4/8) menjual solar bersubsidi
selama 24 jam.
Padahal sebelumnya SPBU itu mendapat surat terkait pembatasan penjualan solar bersubsidi yaitu mulai pukul 08.00-18.00 WIB.
"Perubahan kebijakan itu memang menguntungkan kami, tapi sempat membingungkan," katanya.
Pada prinsipnya, kata dia, SPBU yang dikelolanya patuh terhadap apa
pun keputusan pemerintah. Tetapi sebaiknya pemerintah bersikap tegas,
tidak mengubah kebijakan dalam waktu yang singkat.
"Pembatasan penjualan solar bersubsidi di Jakarta Pusat itu pasti
memberi pengaruhi positif dan negatif terhadap usaha kami," ujarnya.
Dasim menjelaskan dampak positif dari pembatasan solar bersubsidi di
Jakarta Pusat seperti pengemudi kendaraan berbahan bakar solar membeli
solar di luar daerah tersebut, seperti Jakarta Selatan.
Untuk saat ini, lanjutnya, belum ada pengaruh penjualan solar
subsidi di SPBU 3412702 PT Bestindo Putra Perkasa. Dalam sehari solar
bersubsidi laku terjual sekitar 2,5 ton. "Mungkin hal itu disebabkan
masih suasana Lebaran," katanya.
Pertamina mendistribusikan solar ke SPBU yang dikelolanya seberat
8-16 ton. Harga solar bersubsidi Rp5.500 per liter, sedangkan harga
solar nonsubsidi Pertamina Dex Rp143.500 per 10 liter.
"Dalam kondisi normal, kami yakin solar SPBU yang kami jual selama 24 jam laku," katanya.
Pembatasan solar bersubsidi diperkirakan memberi pengaruh negatif pada
SPBU yang menjual bahan bakar itu selama 24 jam seperti, lonjakan
konsumen yang tidak terkendali, pasokan solar bersubsidi yang kurang
memadai hingga permasalahan keamanan.
"Sebenarnya lebih baik pemerintah mengeluarkan kebijakan yang tegas
tanpa pembatasan. Jika ingin naikkan harga solar, naikkan saja, atau
sebaliknya," katanya.
Dia mengemukakan selisih harga antara solar bersubsidi dengan
nonsubsidi juga membuka peluang penyelewengan. Pengusaha SPBU sulit
membedakan kendaraan untuk kepentingan industri dengan kendaraan yang
berhak membeli solar bersubsidi.
Secara bisnis pihak SPBU mencari keuntungan, tetapi juga tidak ingin
usahanya menjadi terganggu bahkan ditutup akibat melakukan pelanggaran.
Karena itu, petugas SPBU dilarang mengisi kendaraan yang memiliki
tangki yang sudah dimodifikasi.
"Kami hanya bisa mengawasinya dan menjual solar bersubsidi secara
normal. Jika ada kendaraan yang lebih dari sekali mengisi solar secara
full dalam sehari, maka kami tolak saat pengemudinya membeli lagi di
hari yang sama ," ujarnnya
Sementara itu Pengawas SPBU 3412706 Mampang Raya Jakarta Selatan
Sofyan B mengatakan pemerintah telah membatalkan kebijakan pembatasan
penjualan solar bersubsidi di SPBU, tempat kerjanya.
Karena itu, SPBU tersebut tetap menjual solar bersubsidi selama 24 jam sejak kemarin.
"Kami sempat bingung, karena semula akan diberlakukan pembatasan
waktu penjualan solar bersubsidi mulai pukul 08.00-18.00 WIB. Lebih baik
kebijakan itu tidak dibeberkan kepada publik jika tidak jadi
dilaksanakan agar pengusaha SPBU dan konsumen tidak bingung," katanya.
Menurut dia, penjualan solar bersubsidi di SPBU yang diawasinya
masih normal. Dalam sehari rata-rata penjualan solar bersubsidi 3 ton.
"Sejak kemarin sampai hari ini penjualan solar bersubsidi masih normal, mungkin karena masih Lebaran," ucapnya.
Saat sedang diwawancarai Antara, Sofyan terlihat menolak permintaan
seseorang yang mengaku sebagai anggota TNI. Oknum itu sempat
mengancamnya, karena Sofyan melarang petugas mengisi solar bersubsidi ke
dalam jeriken. Pria tegap berpakaian loreng itu berulang kali melobi,
namun gagal.
"Ya, ini salah satu yang harus saya hadapi. Saya tidak mau berurusan dengan pihak yang berwajib," kata Sofyan. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar