BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Senin, 16 Mei 2011

Densus Siap Diperiksa Komnas HAM

 Jpnn
JAKARTA---Mabes Polri berjanji akan melakukan penyelidikan mendalam atas tewasnya warga sipil Nur Iman, pedagang angkringan dalam baku tembak di Sukoharjo, Jawa Tengah. Selain mempersilahkan pihak lain untuk melakukan penyelidikan, secara internal juga akan dilakukan pemeriksaan.

"Silahkan saja dari Komnas HAM untuk melakukan penyelidikan, polisi, dalam hal ini penyidik dari Densus siap kooperatif," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Bachrul Alam di kantornya kemarin (15/05). Nur Iman tewas dengan luka tembak di dada dalam penyergapan dua terduga teroris Sigit dan Hendro oleh anggota Densus 88 Mabes Polri. 

Polri, kata Anton, sangat berkepentingan kasus ini dapat terungkap secara terang benderang. Untuk itu, Polri, lanjut Anton, akan menerjunkan tim Propam dan Itwasumnya. Tim gabungan internal itu, akan bertugas menyelidiki adanya dugaan pelanggaran prosedur yang dilakukan oleh anggota Polri, dalam operasi penindakan mereka. "Kita ingin yang benar terungkap. Tentunya Propam dan Irwasum akan turun dari internal, kita akan kerjasama," katanya.

Hingga tadi malam, hasil pemeriksaan balistik peluru yang menewaskan Nur Iman belum selesai. "Kami belum tahu pelurunya dari siapa karena masih dalam proses. Kami tidak bisa mengatakan peluru siapa karena menunggu yang memeriksa, Puslabfor,kata Kepala Pusdokkes Polri Komisaris Besar Anton Castilani yang mendampingin Anton Bachrul Alam.

Polri baru mendapatkan  laporan lisan dari petugas di lapangan yang menyebutkan  bahwa peluru yang mengenai Nur Iman berasal dari Sigit Qurdowi. Namun, hal itu harus menunggu pembuktian secara ilmiah di laboratorium.

Kadivhumas menjamin Polri akan transparan dalam kasus ini. "Kami sudah melakukan otopsi terhadap Nur Iman sebelum jenazahnya dikembalikan kepada keluarganya. Pelurunya dari tersangka. Maka itu kami buktikan melalui rekonstruksi dan sebagainya," katanya. Di TKP Polri menyita barang bukti dari para tersangka, yaitu dua senjata api jenis FN, satu jenis Baretta, satu granat manggis aktif, dan sekitar 100 peluru untuk FN.

Secara terpisah, Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Ifdhal Kasim menilai sistem pengamanan dalam penggerebekan teroris di Sukoharjo tak jalan yang mengakibatkan tewasnya seorang warga penjual angkringan. "eharusnya, resiko bila teroris membawa senjata itu bisa di antisipasi dampaknya pada masyarakat. Pengamanan kelihatannya ini yang tidak bekerja dengan baik," kata Ifdhal Kasim saat menghadiri acara ulang tahun mantan wakil Presiden Jusuf Kalla di jalan Brawijaya no 6, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan kemarin.

Ketika Densus 88 Anti Teror mengejar, teroris bisa terprovokasi untuk melawan. Padahal, ada masyarakat yang berada atau menonton di sekitar lokasi. "Seharusnya hal itu bisa diantisipasi dengan melokalisir warga dari rumah yang sudah jadi target. Atau, memilih waktu yang tepat. Itu teknis," kata alumni UII ini.

Komnas HAM akan segera memastikan fakta peristiwa yang sebenarnya. "Komnas akan memastikan dulu fakta dilapangannya.Tentu kita akan berkoordinasi dengan Kapolri," katanya. Mantan wakil presiden Jusuf Kalla yang kemarin berulang tahun juga menyampaikan keprihatinannya. "Kita sesalkan jatuh korban jiwa. Ada warga meninggal," kata JK.

JK mengatakan sebuah operasi penggerebekan yang melibatkan senjata memiliki resiko yang sangat besar. Oleh karena itu, harus dipikirkan juga bagaimana meminimalisir resiko terlebih kepada masyarakat yang tidak terkait dengan terorisme."Seharusnya dipikirkan untuk mengurangi resiko," katanya.

Kemarin Kadivhumas Irjen Anton Bachrul Alam juga menunjukan foto Sigit dan Hendro yang tewas ditembak Densus 88. "Peran Sigit adalah pengontrol aksi M Syarif di Cirebon sekaligus pelatih kelompok ini. Dari video yang kami temukan di tersangka yang kami tangkap ada wajahnya. Jelas sekali," kata Anton. Selain itu, Sigit juga mengajari kelompok Cirebon merakit bom. "Jadi dia ini sangat penting dalam jaringan mereka. Nama kelompok ini Tauhid Wal Jihad," katanya.

Namun, keterangan polisi ini diragukan oleh mereka yang pernah mengenal Sigit dan Hendro. "Kalau disebut dia pimpinan lascar saya percaya. Dia memang sering sweeping café," kata Khalid Syaifullah , aktivis remaja masjid di Solo. Khalid pernah ditahan bersama Sigit saat peristiwa sweeping tempat hiburan menjelang ramadhan tahun 2005. "Tapi, kalau disebut dia ini bisa merakit bom saya tidak percaya," katanya.

Sigit juga tidak pernah berada di medan konflik seperti Afghanistan, Moro atau Ambon dan Poso. "Dia ini hobinya mancing. Gampang ditemui di waduk Gadjah Mungkur," katanya. Khalid mengaku jarang berkomunikasi lagi dengan Sigit karena kesibukan masing-masing. "Dari teman-teman sesama aktivis, memang laskar mas Sigit ini masih aktif," katanya.

Informasi lain yang dihimpun dari Solo, kelompok Sigit beranggotakan para mantan preman yang bertobat. Jumlahnya sekitar 400 orang. Mereka rutin melakukan pertemuan pekanan untuk mengaji. Kelompok ini pernah bersitegang dengan wartawan saat melarang peliputan pemakaman Air Setyawan dan Eko Joko Sarjono yang ditembak Densus 88 di Jatiasih Bekasi pada akhir tahun 2009. (rdl/bay/jpnn)

Tidak ada komentar: