BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Rabu, 18 Mei 2011

Persidangan Perkara TC Pemilihan DGS BI , Emir Sebut Panda Lebih Aktif Ketimbang Tjahjo

 Jpnn
JAKARTA - Politisi PDIP, Emir Moeis, menyebut Panda Nababan aktif dalam meloloskan Miranda Gultom pada pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (DGS) BI tahun 2004. Menurut Emir, posisi Panda sebagai Sekretaris FPDIP DPR 1999-2004 memang sudah semestinya mengamankan kebijakan-kebijakan fraksi, termasuk untuk memilih Miranda sebagai DGS BI,

"Panda itu lebih rajin dan aktif daripada ketuanya (Tjahjo Kumolo). Saya akui itu. Bukan hanya soal Miranda," ucap Emir saat bagi Panda Nababan, Angelina Pattiasina, M Iqbal dan Budiningsih di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Rabu (18/5).

Meski demikian Emir menepis anggapan bahwa Panda menjadi ketua tim sukses pemenangan Miranda. "Apa benar Pak Panda leader tim sukses?" tanya Juniver Girsang yang menjadi penasehat hukum Panda. "Tidak ada, dia (Panda) pimpinan fraksi ya otomatis menyukseskan kebijakan fraksi," ucap Emir.

Kalaupun ada pertemuan-pertemuan informal termaduk di Hotel Dharmawangsa untuk bertemu Miranda, Emir menyebutnya bukanlah atas inisiatif Panda. Hanya saja, kata Emir, Panda memang yang membuka pertemuan tersebut. "Sebenarnya bukan rapat, tapi ada pengantarnya dari Pak Panda. Pak Panda Bilang, ini ada bu Miranda, tanya-tanya aja daripada simpang siur," ucap Emir menirukan Panda.

"Apakah Panda juga minta FPDIP solid memilih Miranda?" tanya JPU, M Rum. "Iya. Ini harus solid, jangan sampai liar. jangan sendiri-sendiri," ucap Emir.

Namun demikian, Emir mengaku pernah menerima TC dalam ampolo putih dari Bendahara FPDIP, Dudhie Makmun Murod pada 9 Juni 2004, atau sehari setelah pemilihan DGS BI pada 8 Juni 2004. "Teman-teman ini ada uang capek deh dari yang kemarin," ujar Emir menirukan Dudhie.

Namun Emir mengaku hanya mengantongi amplop hanya beberapa saat. Masih di hari yang sama, Emir mengembalikannya ke fraksi. Ia menuturkan, amplop itu diletakkan di meja Panda Nabanan. Emir mengaku saat penyerahan kembali amplop ke fraksi ada pula Panda Nababan, Ketua FPDIP Tjahjo Kumolo dan staf FPDIP, Binsar.

Jaksa Penuntut Umum (JPU) menanyakan alasan Emir mengembalikan amplop dari Dudhie. Ketua DPD PDIP Kalimantan Timur itu memberi dua alasan. Pertama, ia memilih memilih Miranda karena profesional dan perlunya BI menjaga stabilitas moneter.

Alasan kedua, Emir mengaku saat fit and proper Pemilihan DGS BI sempat didatangi pengamat dan LSM. "Mereka aktif berjuang berjuang bersama 1998. Ada Drajat H Wibowo. Saya disodori kertas untuk tidak menerima suap," tuturnya.

Penasehat hukum Panda Nababan, Juniver Girsang, meminta penegasan Emir tentang pengembalian uang dari Dudhie ke FPDIP. "Mengapa tidak langsung dikembalikan ke Dudhie?" cecar Juniver.

Atas pertanyaan itu, Emir mengatakan bahwa dirinya ingin pengembalian itu diketahui fraksi. "Saat pengembalian ada Pak Tjahjo juga," imbuhnya.

Namun pada 11 Juni 2004, Panda justru memberi Emir empat lembar TC ke Emir. Menurut pengakuan Emir, TC itu dicairkan dan digunakan untuk sewa pesawat, semenisasi di Samarinda, pembangunan gorong-gorong di Kabupaten Penajam, serta tunamen bola voli. "untuk pembinaan konstituen lah," ucapnya.

Karena kasus TC mencuat sejak pengakuan Agus Condro, Emir mengembalikan pemberian itu ke KPK. Pengembalian itu dilakukan pada 10 November 2008. "Karena ini ada kaitannya dengan kegiatan pemilihan DGS, atas nama fraksi saya kembalikan ke KPK," ucapnya.(ara/jpnn)

Tidak ada komentar: