BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Selasa, 17 Mei 2011

Perusahaan Israel Incar Proyek Di Telkomsel? CRM Bakal Habiskan Dana Rp 1,8 Triliun

RMOL.Masih ingat heboh Amdocs yang ikut tender billing system di Telkomsel pada 2010 lalu? Perusahaan yang disebut-sebut memiliki hubungan dengan Israel itu kembali ikut tender proyek di perusahaan operator selular terbesar di Tanah Air.
Kali ini, Amdocs yang didirikan Mor­ris Kahn, jutawan Yahudi mengincar proyek Customer Re­lationship Management (CRM) di Telkomsel. Nilai pro­yek­nya bisa membuat mata membelalak: 200 juta dolar Amerika atau se­kitar Rp 1,8 triliun. Masa kon­traknya lima tahun.
CRM ini akan menangani lebih dari 100 juta pelanggan Tel­kom­sel. Banyak petinggi negeri ini yang merupakan pelanggan pe­ru­sahaan telekomunikasi yang se­bagian besar sahamnya dimiliki negara itu.
Informasi yang diperoleh Rak­yat Merdeka, Amdocs masuk ke Telkomsel karena dibawa R. Siapa dia? Ia pengusaha yang men­jadi salah satu rekanan di anak perusahaan Telkom itu.
Muncul kekhawatiran bila Amdocs memenangkan tender, pe­rusahaan yang mengaku ber­markas di Amerika itu bakal bisa me­metakan jutaan pelanggan Telkomsel, termasuk para tokoh high profile di negeri ini.
Banyak informasi yang menye­butkan Amdocs memiliki kaitan dengan Israel. Dalam laporan keuangan Amdocs di tahun 2009 disebutkan bahwa 100 persen saham Amdocs Inc yang ber­do­misili di Missouri, AS, dimiliki Amdocs Ltd yang bermarkas di Ra’na, Israel. Juga, Amdocs Inc di negeri Obama hanya berperan sebagai principal operating sub­sidiaries atau anak pe­ru­sahaan operasional Amdocs Ltd di Israel.
Dalam laporan keuangan ter­sebut juga dijelaskan, Amdocs Ltd mengembangkan divisi billing yang mengerjakan pe­rang­kat lunak penagihan dan meng­klaim bahwa semua pelanggan billing Amdocs Inc di Missouri sebagai pelanggan Amdocs Ltd di Ra’na.
Telkomsel terkesan ditutup-tu­tupi mengenai tender proyek CRM maupun keikutsertaan Am­docs.  Deputy Vice President Cor­po­rate Secretary Telkomsel, Au­lia Ersyah Marinto mengaku be­lum mengantongi informasi apakah Amdocs ikut tender atau tidak.
“Saya tidak punya informasi soal itu (keikutsertaan Amdocs da­lam tender). Saya coba cari in­for­masi dulu ya,” katanya seperti dikutip Rakyat Merdeka Online. Ia tak bisa membeberkan lebih jauh karena proyek ini masih ta­hap administrasi.
Aulia  menolak mengomentari kekhawatiran bocornya informasi penting ke negara lain karena ke­terlibatan perusahaan asing da­lam proyek ini. “Kami dapat me­mahami semua pandangan ne­gatif yang berkembang di ma­sya­rakat. Pemikiran seperti itu bisa saja timbul, dan sulit bagi kami untuk mengomentarinya. Tidak bisa disalahkan atau dibenarkan. Kami menghargai pikiran itu,” ujarnya.
Telkomsel memerlukan CRM un­tuk meningkatkan layanan ke­pada pelanggannya. “Tolong di­pahami bahwa kami adalah pe­ru­sahaan yang harus beroperasi dan berbisnis seperti umumnya pe­ru­sahaan. Soal keamanan bagi ne­gara, tentu kami pikirkan. Jelas kami tidak akan slonong boy (menentukan pemenang tender),” kata Aulia lagi.
Telkomsel berjanji akan mene­lu­suri keterkaitan Amdocs de­ngan Israel. “Kami juga sudah me­­neliti dan menginvestigasi Am­docs dari segi perusahaannya. Ka­mi akan tanyakan siapa me­reka,” tandas Aulia.
Tahun lalu, Am­docs terlibat tender billing system software  di Telkomsel. Penga­da­an perangkat penagihan bagi pe­langgan itu menelan dana Rp 1,2 tr­iliun. Kalangan DPR pun sem­pat menyoroti karena Amdocs di­duga memiliki kaitan dengan Israel.
Amdocs mengklaim bermarkas di Chesterfield, Missouri, Ame­ri­ka. Untuk meyakinkan pihak In­donesia, Duta Besar Amerika Ca­meron Hume sempat menemui Men­teri Komunikasi dan Infor­masi, Tifatul Sembiring. Dika­takan, Amdocs di bawah naungan bendera Amerika karena men­ca­tatkan diri di bursa saham New York.
Heboh mengenai Amdocs bu­kan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di Irlandia. Hanya saja lang­kah perusahaan itu untuk ikut ten­der dalam proyek telekomuni­kasi di negara itu dijegal.
Sejumlah politisi Irlandia se­perti Proinsias De Rossa MEP, Chris Andrews TD dan Cllr. Richard Boyd Barrett meng­ga­lang aksi boikot terhadap Am­docs. Bahkan, mereka membuat pe­tisi kepada Eircom, operator te­lekomunikasi di Irlandia agar tidak menandatangani proposal kerja sama dengan konsorsium yang di dalamnya beranggotakan Amdocs.
Alasan pemboikotan itu se­der­hana. Yakni memprotes tindakan Israel terhadap rakyat Palestina. Amdocs dianggap sebagai salah satu pendorong perekonomian Israel dan mendukung peme­rin­tahan negara zionis itu.
Di Amerika, Amdocs menjalin kerja sama dengan 25 operator se­lular. Amdocs menangani billing (penagihan), data pang­gilan dan direktori telepon. Beberapa kali FBI menyelidiki Amdocs atas bocornya dokumen panggilan telepon di Amerika. Namun perusahaan itu selalu menyangkal telah membocorkan informasi tersebut.
Bakal Jadi Isu Hangat
Roy Suryo, Anggota Komisi I DPR
Kalangan DPR sudah men­dengar kabar mengenai keikut­ser­taan Amdocs dalam tender proyek Customer Relationship Ma­nagement (CRM) di Tel­komsel.
Menurut anggota Komisi I DPR Roy Suryo, pihak Telkom­sel perlu memberikan klarifi­ka­si mengenai kebenaran kabar bah­wa Amdocs ikut tender proyek itu.
“Pihak Telkomsel harus bisa men­jelaskan soal Amdocs yang di­sinyalemen ada kaitan dengan Israel. Kalau tidak bisa, ini bakal jadi isu hangat. Ber­ba­haya bagi Telkomsel sendiri,” katanya.
Belakangan ini, menurut po­litisi Partai Demokrat itu, isu Is­rael sedang sensitif di Tanah Air. Itu terjadi karena komu­ni­tas Yahudi dan simpatisannya me­rayakan HUT ke-63 Kemer­dekaan Israel.
Roy mengatakan, sebagian besar saham Telkomsel masih dimiliki negara.
Sehingga, menurut dia, tidak etis bila operator selular itu men­jalin kerja sama dengan pe­rusahaan dari negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia.
Sampai saat ini, Indonesia tak mem­punyai hubungan diplo­ma­tik dengan Israel. Kebijakan luar negeri Indonesia mendu­kung perjuangan rakyat Pales­tina menolak invasi negara zio­nis Israel.
Kalaupun Amdocs meme­nang­­kan tender proyek CRM, me­nurut Roy, hal itu akan me­nyu­litkan Telkomsel sendiri. Se­bab, CRM itu butuh transfer pe­ngetahuan, pelatihan dan sum­ber daya manusia. “Itu akan sulit bila perusahaannya dari negara yang tak memiliki hu­bu­ngan diplomatik.”
“Kalau nanti ditemukan ada in­dikasi kegiatan intelijen di situ, Komisi I akan turun,” tan­das pakar telematika itu.
Bila Terbukti, Tender Dihentikan
Lily Asjudiredja, Anggota Komisi VI
DPR akan menanyakan tender proyek CRM Telkomsel yang di­duga diikuti Amdocs. “Rabu pekan depan, kami rapat kerja dengan Menteri BUMN. Kami akan mempertanyakan ini,” kata anggota Komisi VI, Lily Asjudiredja.
Menurut dia, pihaknya ber­hak mempertanyakan setiap ten­der yang dilakukan BUMN bila ditemukan indikasi adanya pe­nyelewengan. “Apalagi, bila benar bahwa perusahaan itu (Am­docs) berasal dari negara yang tak memiliki hubungan diplomatik dengan kita,” kata Lily.
Politisi Partai Golkar itu me­ngatakan pihaknya siap menam­pung informasi dari masyarakat yang bisa membuktikan bahwa Amdocs memiliki kaitan de­ngan Israel. “Kalau ada bukti­nya, kami bisa minta agar (ten­der) dihentikan.”
Lily mempersoalkan direksi Te­lkomsel yang lebih mengu­tama­kan perusahaan asing ke­timbang perusahaan dalam negeri. “Sebaiknya dikasih ke­sem­patan kepada perusahaan dalam negeri,” ujarnya. Ia yakin perusahaan dalam ne­geri mam­pu membuat CRM. [RM]

Tidak ada komentar: