Kali ini, Amdocs yang didirikan Morris Kahn, jutawan Yahudi mengincar proyek Customer Relationship Management (CRM) di Telkomsel. Nilai proyeknya bisa membuat mata membelalak: 200 juta dolar Amerika atau sekitar Rp 1,8 triliun. Masa kontraknya lima tahun.
CRM ini akan menangani lebih dari 100 juta pelanggan Telkomsel. Banyak petinggi negeri ini yang merupakan pelanggan perusahaan telekomunikasi yang sebagian besar sahamnya dimiliki negara itu.
Informasi yang diperoleh Rakyat Merdeka, Amdocs masuk ke Telkomsel karena dibawa R. Siapa dia? Ia pengusaha yang menjadi salah satu rekanan di anak perusahaan Telkom itu.
Muncul kekhawatiran bila Amdocs memenangkan tender, perusahaan yang mengaku bermarkas di Amerika itu bakal bisa memetakan jutaan pelanggan Telkomsel, termasuk para tokoh high profile di negeri ini.
Banyak informasi yang menyebutkan Amdocs memiliki kaitan dengan Israel. Dalam laporan keuangan Amdocs di tahun 2009 disebutkan bahwa 100 persen saham Amdocs Inc yang berdomisili di Missouri, AS, dimiliki Amdocs Ltd yang bermarkas di Ra’na, Israel. Juga, Amdocs Inc di negeri Obama hanya berperan sebagai principal operating subsidiaries atau anak perusahaan operasional Amdocs Ltd di Israel.
Dalam laporan keuangan tersebut juga dijelaskan, Amdocs Ltd mengembangkan divisi billing yang mengerjakan perangkat lunak penagihan dan mengklaim bahwa semua pelanggan billing Amdocs Inc di Missouri sebagai pelanggan Amdocs Ltd di Ra’na.
Telkomsel terkesan ditutup-tutupi mengenai tender proyek CRM maupun keikutsertaan Amdocs. Deputy Vice President Corporate Secretary Telkomsel, Aulia Ersyah Marinto mengaku belum mengantongi informasi apakah Amdocs ikut tender atau tidak.
“Saya tidak punya informasi soal itu (keikutsertaan Amdocs dalam tender). Saya coba cari informasi dulu ya,” katanya seperti dikutip Rakyat Merdeka Online. Ia tak bisa membeberkan lebih jauh karena proyek ini masih tahap administrasi.
Aulia menolak mengomentari kekhawatiran bocornya informasi penting ke negara lain karena keterlibatan perusahaan asing dalam proyek ini. “Kami dapat memahami semua pandangan negatif yang berkembang di masyarakat. Pemikiran seperti itu bisa saja timbul, dan sulit bagi kami untuk mengomentarinya. Tidak bisa disalahkan atau dibenarkan. Kami menghargai pikiran itu,” ujarnya.
Telkomsel memerlukan CRM untuk meningkatkan layanan kepada pelanggannya. “Tolong dipahami bahwa kami adalah perusahaan yang harus beroperasi dan berbisnis seperti umumnya perusahaan. Soal keamanan bagi negara, tentu kami pikirkan. Jelas kami tidak akan slonong boy (menentukan pemenang tender),” kata Aulia lagi.
Telkomsel berjanji akan menelusuri keterkaitan Amdocs dengan Israel. “Kami juga sudah meneliti dan menginvestigasi Amdocs dari segi perusahaannya. Kami akan tanyakan siapa mereka,” tandas Aulia.
Tahun lalu, Amdocs terlibat tender billing system software di Telkomsel. Pengadaan perangkat penagihan bagi pelanggan itu menelan dana Rp 1,2 triliun. Kalangan DPR pun sempat menyoroti karena Amdocs diduga memiliki kaitan dengan Israel.
Amdocs mengklaim bermarkas di Chesterfield, Missouri, Amerika. Untuk meyakinkan pihak Indonesia, Duta Besar Amerika Cameron Hume sempat menemui Menteri Komunikasi dan Informasi, Tifatul Sembiring. Dikatakan, Amdocs di bawah naungan bendera Amerika karena mencatatkan diri di bursa saham New York.
Heboh mengenai Amdocs bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di Irlandia. Hanya saja langkah perusahaan itu untuk ikut tender dalam proyek telekomunikasi di negara itu dijegal.
Sejumlah politisi Irlandia seperti Proinsias De Rossa MEP, Chris Andrews TD dan Cllr. Richard Boyd Barrett menggalang aksi boikot terhadap Amdocs. Bahkan, mereka membuat petisi kepada Eircom, operator telekomunikasi di Irlandia agar tidak menandatangani proposal kerja sama dengan konsorsium yang di dalamnya beranggotakan Amdocs.
Alasan pemboikotan itu sederhana. Yakni memprotes tindakan Israel terhadap rakyat Palestina. Amdocs dianggap sebagai salah satu pendorong perekonomian Israel dan mendukung pemerintahan negara zionis itu.
Di Amerika, Amdocs menjalin kerja sama dengan 25 operator selular. Amdocs menangani billing (penagihan), data panggilan dan direktori telepon. Beberapa kali FBI menyelidiki Amdocs atas bocornya dokumen panggilan telepon di Amerika. Namun perusahaan itu selalu menyangkal telah membocorkan informasi tersebut.
Bakal Jadi Isu Hangat
Roy Suryo, Anggota Komisi I DPR
Kalangan DPR sudah mendengar kabar mengenai keikutsertaan Amdocs dalam tender proyek Customer Relationship Management (CRM) di Telkomsel.Menurut anggota Komisi I DPR Roy Suryo, pihak Telkomsel perlu memberikan klarifikasi mengenai kebenaran kabar bahwa Amdocs ikut tender proyek itu.
“Pihak Telkomsel harus bisa menjelaskan soal Amdocs yang disinyalemen ada kaitan dengan Israel. Kalau tidak bisa, ini bakal jadi isu hangat. Berbahaya bagi Telkomsel sendiri,” katanya.
Belakangan ini, menurut politisi Partai Demokrat itu, isu Israel sedang sensitif di Tanah Air. Itu terjadi karena komunitas Yahudi dan simpatisannya merayakan HUT ke-63 Kemerdekaan Israel.
Roy mengatakan, sebagian besar saham Telkomsel masih dimiliki negara.
Sehingga, menurut dia, tidak etis bila operator selular itu menjalin kerja sama dengan perusahaan dari negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia.
Sampai saat ini, Indonesia tak mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel. Kebijakan luar negeri Indonesia mendukung perjuangan rakyat Palestina menolak invasi negara zionis Israel.
Kalaupun Amdocs memenangkan tender proyek CRM, menurut Roy, hal itu akan menyulitkan Telkomsel sendiri. Sebab, CRM itu butuh transfer pengetahuan, pelatihan dan sumber daya manusia. “Itu akan sulit bila perusahaannya dari negara yang tak memiliki hubungan diplomatik.”
“Kalau nanti ditemukan ada indikasi kegiatan intelijen di situ, Komisi I akan turun,” tandas pakar telematika itu.
Bila Terbukti, Tender Dihentikan
Lily Asjudiredja, Anggota Komisi VI
DPR akan menanyakan tender proyek CRM Telkomsel yang diduga diikuti Amdocs. “Rabu pekan depan, kami rapat kerja dengan Menteri BUMN. Kami akan mempertanyakan ini,” kata anggota Komisi VI, Lily Asjudiredja.Menurut dia, pihaknya berhak mempertanyakan setiap tender yang dilakukan BUMN bila ditemukan indikasi adanya penyelewengan. “Apalagi, bila benar bahwa perusahaan itu (Amdocs) berasal dari negara yang tak memiliki hubungan diplomatik dengan kita,” kata Lily.
Politisi Partai Golkar itu mengatakan pihaknya siap menampung informasi dari masyarakat yang bisa membuktikan bahwa Amdocs memiliki kaitan dengan Israel. “Kalau ada buktinya, kami bisa minta agar (tender) dihentikan.”
Lily mempersoalkan direksi Telkomsel yang lebih mengutamakan perusahaan asing ketimbang perusahaan dalam negeri. “Sebaiknya dikasih kesempatan kepada perusahaan dalam negeri,” ujarnya. Ia yakin perusahaan dalam negeri mampu membuat CRM. [RM]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar