BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Senin, 16 Mei 2011

Survei Indo Barometer Menuai Kritik

INILAH.COM, Jakarta - Survei Indo Barometer yang menyimpulkan Orde Baru lebih baik dari Reformasi dipertanyakan banyak kalangan.. Mulai dari metodologi, kapasitas Indo Barometer hingga soal siapa sponsor survei ini.

Adalah tulisan Philips Vermonte, peneliti di CSIS yang tengah belajar di Amerika, berjudul Survey Membuktikan Orba Lebih Baik ??? (tiga tanda tanya) yang menjadi pusat diskusi.

Vermonte meragukan kesimpulan survei itu. Bagaimana bisa orang ditanya mengenai Orde Lama padahal mereka tak punya pengalaman dengannya. "Sungguh ajaib responden ditanya pendapatnya tentang Orde Lama," ujarnya seraya menambahkan bahwa mereka yang memiliki pengalaman empirik terhadap Orde Lama, tentulah orang-orang yang terlahir sebelum tahun 1950-an.

Jadi, Vermonte menduga, ada bias ke kelompok umur 60 tahun pada responden Indo Barometer. Tulisan ini lalu ditanggapi puluhan orang. Ada Sulfikar Amir, dosen di Singapura, ada Akhmad Sahal yang tengah studi di Amerika, ada Indra J Piliang, politisi Golkar, dan banyak lagi.

Ada yang menggugat metodologinya, ada yang bilang suveinya ngawur, bahkan ada yang mempertanyakan siapa sponsor yang mendanainya, serta dengan nada bercanda ada yang menulis ini: methodology follows the money.

Indar J Piliang mengaku telah menelpon Qodari, Direktur Pelaksana Indo Barometer untuk menanyakan survei nasional yang dipesan Golkar. "Dia (Qodari) bilang masih diolah datanya. Gue nggak tahu apakah Qodari menggunakan dana tambahan lain hingga survei ini muncul. Mestinya harus ada kejelasan soal pendanaan, sehingga validitas survei bisa dipercaya." [ram

Tidak ada komentar: