RMOL. PT Pertamina selaku
penyalur bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi memperkirakan kuota
konsumsi BBM subsidi akan jebol dari kuota yang ditetapkan pemerintah
sebesar 40,4 juta kilo liter (KL).
Direktur Utama Pertamina Karen
Agustiawan mengatakan, penyaluran BBM akan melampaui kuota karena
pertumbuhan konsumsi premium naik 8 persen per tahun ditambah
pertumbuhan konsumsi solar 6 persen per tahun. “Ini terjadi dalam
lima tahun terakhir,” kata Karen di DPR, kemarin.
Hal itu ditambah
dengan rata-rata pertumbuhan kendaraan yang mencapai 14,73 persen per
tahun (dari tahun 2000-2009). Menurut Karen, pada 2009 mobil
penumpang tumbuh 5,1 persen, bus 5,7 persen, truk 0,8 persen dan
motor 10 persen.
Apalagi pemerintah menargetkan pertumbuhan
ekonomi 2011 sebesar 6,4 persen dan 2012 sebesar 6,9 persen. Hal itu
secara tidak langsung akan menambah permintaan terhadap BBM
bersubsidi. Pertumbuhan jumlah penduduk juga akan mencapai 15,2
persen pada periode tahun 2000 hingga 2010.
Karen mengatakan,
kondisi itu juga dipengaruhi oleh pertumbuhan jalan. Sepanjang 2009,
jalan negara bertambah dari 34.628 kilometer (km) menjadi 38.570 km.
Untuk jalan provinsi bertambah dari 40.125 km menjadi 48.020 km.
Sedangkan jalan kabupaten bertambah dari 363.006 km menjadi 389.747
km.
“Tapi yang paling utama adalah terus melonjaknya harga
minyak dunia. Kondisi ini menyebabkan disparitas harga BBM
bersubsidi dan yang bukan,” jelasnya.
Kepala Badan Pengatur
Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Tubagus Haryono mengatakan,
hingga Agustus 2011, pihaknya telah menyalurkan 27,29 juta KL BBM
bersubsidi baik premium maupun solar.
“Angka itu terdiri dari premium 16,6 juta KL, kerosin 1,19 juta KL dan solar 9,4 juta KL,” katanya.
Menurut
Tubagus, pada periode yang sama, sekitar 1,2 juta KL BBM bersubsidi
disalurkan ke nelayan. Jumlah tersebut didistribusikan melalui 159
solar packed dealer untuk nelayan (SPDN), 40 stasiun pengisian bahan
bakar minyak untuk nelayan (SPBN), 27 pool konsumen dan 67 stasiun
pengisian bahan bakar umum (SPBU).
“Kita membutuhkan peta sentra
nelayan untuk perencanaan distribusi BBM ke nelayan di seluruh
Indonesia agar lebih maksimal,” ucapnya.
Saat ini, kata Tubagus,
ada 100 pangkalan pendaratan ikan (PPI) dengan 41 SPDN aktif, lima unit
SPDN tidak aktif dan 45 SPDN yang berpotensi dikembangkan di berbagai
PPI. “Sedikitnya akan dibangun 75 unit SPDN di berbagai PPI pada
2012 mendatang,” tandasnya. [rm]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar