London (ANTARA
News) - Upaya keras dan terus-menerus dilakukan Tim Evakuasi KBRI Tunis
untuk mengevakuasi WNI dari Libya membuahkan hasil. Tercatat delapan
WNI yang bekerja di Libya berhasil dievakuasi ke Tunisia, Selasa (6/9).
Kedelapan WNI (TKW) itu masing-masing Eliya BT Sana Darsilah (36)
Roatinih BNT Walir (30) dan Eni BT Sair Bosar (33) dari Subang , Parni
BT Mai Endi (39) dari Cianjur, Asiyah BNT Ardi (45) dan Dian Yulianti
Mahmud (23) dari Tangerang, Kadmini BT Said Muhammad (31) dari
Pandeglang serta Rosidah BNT Sanawi (30) dari Indramayu berhasil masuk
ke wilayah Tunisia sekitar pukul tiga sore waktu setempat (21.00 WIB)
pada hari Selasa.
KBRI Tunis dalam keterangannya yang diterima ANTARA London, Rabu ,
rombongan bertolak dari KBRI Tripoli sekitar pukul 09.00 waktu setempat.
Selama di perjalanan, rombongan terus dipandu oleh petugas Tim
Evakuasi yang berada di perbatasan. Perjalanan berlangsung lancar,
meskipun banyak terdapat penjagaan oleh pasukan bersenjata.
Sesekali rombongan dihentikan, namun diizinkan lewat tanpa
diperiksa, setelah diberitahu mobil tersebut mengangkut rombongan WNI
yang akan dievakuasi ke Tunisia. Menjelang tengah hari, rombongan tiba
di perbatasn Libya.
Meskipun telah tiba di perbatasan sejak sebelum tengah hari,
rombongan harus menunggu cukup lama di pintu perbatasan, karena
panjangnya antrean warga Libya yang ingin masuk ke Tunisia.
Membeludaknya antrean ini, merupakan salah satu pertanda mulai
membaiknya kondisi Kota Tripoli dan kawasan barat Libya lainnya.
Banyak truk-truk besar kosong dari Libya yang memasuki Tunisia
untuk membeli bahan kebutuhan sehari-hari. Selain itu, antrean juga
dipenuhi warga Libya yang ingin memasuki Tunisia karena keperluan medis.
Akibat konflik bersenjata yang lalu, banyak dari warga Libya yang
tidak dapat melakukan cek medis secara berkala ataupun berobat ke
Tunisia, seperti yang biasa mereka lakukan di masa sebelum terjadinya
konflik.
Pengurusan izin baik di pos imigrasi Libya maupun di Tunisia juga
memakan waktu berjam-jam, dikarenakan beberapa TKW tidak lagi memiliki
paspor atau masa berlaku paspornya telah habis.
Setelah negosiasi antara petugas Tim Evakuasi KBRI Tunis dengan
otoritas imigrasi di perbatasan Libya maupun Tunisia, berhasil dicapai
kesepakatan hingga kedelapan TKW tersebut dapat meninggalkan Libya dan
juga dapat diizinkan memasuki wilayah Tunisia.
Setibanya di wilayah Tunisia, beberapa TKW menyampaikan suka
citanya. Parni BT Mai Endi yang biasa dipanggil Ani mengungkapkan
kelegaannya setelah lepas dari cekaman keadaan di Libya yang disebutnya
bagai terbebas dari penjara. Selama konflik dia sering pingsan saat bom
jatuh di sekitar rumah yang ditinggalinya.
Kantor dan lokasi kerja yang mengelilingi komplek rumah majikan
hancur diterpa bom, menyisakan bagian tengah kompleks yang kebetulan
tempat yang ditinggalinya. Dia mengaku jantungnya makin terasa lemah
karena tak kuat menahan ketakuatan selama perang.
Asiyah binti Ardi yang bekerja serumah dengannya kerap menyeret
tubuhnya yang tak sadarkan diri mencari tempat perlindungan di bagian
dalam rumah yang dirasa lebih aman. Setelah jatuhnya Tripoli ke tangan
pasukan NTC, rumah majikannya yang merupakan orang dekat Kadhafi menjadi
sasaran kemarahan massa.
Pernah terjadi, lebih dari dua ratusan orang menyerbu masuk ke
rumah majikannya, menjarah dan merusak untuk melampiaskan kemarahan
mereka.
Majikannya sendiri telah kabur dari rumah lebih dulu menghindari
kejaran NTC. Beruntung massa yang mengamuk itu menghargai keberadaan
mereka berdua sebagai orang Indonesia, dan tidak menimpakan kekesalan
atas majikan mereka kepada mereka berdua.
Cerita serupa dengan apa yang dikisahkan Ani juga dialami TKW
lainnya. Eliya, misalnya, mengaku nyaris tertembus peluru nyasar yang
melesat disamping badannya saat menjemur pakaian.
Karenanya saat ini, para TKW mengaku dapat bernapas lega. Mereka
bersyukur dan mengungkapkan berkat evakuasi ini, mereka terbebas dari
kecaman keadaan selama dan pascaperang di Libya.
Keberhasilan evakuasi tidak terlepas dari upaya Tim Evakuasi KBRI
Tunis yang dilakukan secara terus-menerus, dan tanpa mengenal lelah.
Apalagi keberadaan para TKW yang bekerja secara informal di Libya
tersebut terlacak berkat informasi yang dikumpulkan Tim Evakuasi KBRI
Tunis dari berbagai pihak.
Selain melakukan komunikasi intensif dengan WNI di Libya, Tim
Evakuasi terus berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait, sehingga Tim
dapat terus memantau kondisi keamanan di Tripoli, dan dapat mempelajari
kemungkinan dan waktu yang tepat untuk melakukan evakuasi.
Kondisi di Tripoli saat ini cenderung mulai membaik, namun
tersebarnya senjata di kalangan rakyat sipil menandakan masih rawannya
keadaan keamanan di negara tersebut.
Roda ekonomi mulai berputar kembali, pusat-pusat perbelanjaan mulai
aktif kembali, meskipun dengan persediaan logistik yang masih minim.
Selain itu, ketersediaan bahan bakar juga masih sangat terbatas.
Tim Evakuasi KBRI Tunis melakukan komunikasi secara berkala setiap
hari dengan para WNI yang masih berada di Libya yang sampai saat ini
selalu dalam keadaan aman tetap mengarahkan semua WNI waspada dan siap
untuk dievakuasi secepat mungkin jika kondisi memungkinkan. Tim Evakuasi
juga menjadwalkan melakukan penjemputan berikutnya dalam waktu dekat.
(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar