VIVAnews - Presiden SBY mendapatkan pengahargaan World
Statesman Award 2013 dari organisasi keagamaan internasional The Appeal
Of Conscience Foundation (AFC). Hal tersebut disambut Positif oleh
mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Menurutnya, penghargaan
tersebut sesungguhnya tidak hanya ditujukan kepada SBY tetapi pada
seluruh rakyat Indonesia yang telah berusaha menjaga kerukunan antar
suku bangsa maupun agama.
"Saya sudah bicara bahwa kalau itu untuk kepentingan seluruh bangsa," ujarnya di Tugu Proklamasi, Jakarta, Sabtu 1 Juni 2013.
Jusuf
Kalla mengharapkan, penghargaan tersebut dapat menjadi contoh kepada
negara-negara lain bahwa sebagai bangsa yang memiliki beraneka ragam
budaya, kerukunan antar masyarakatnya dapat dibangun dengan baik.
"Bagaimanapun Indonesia ini adalah negara yang paling plural," kata JK.
Dalam
sambutannya usai menerima anugerah itu Kamis, 30 Mei 2013, SBY
mengatakan penghargaan ini bukan ditujukan bagi dirinya semata, tapi
juga bagi seluruh rakyat Indonesia. “Saya berharap dapat terus
menciptakan masyarakat yang damai dan sejahtera,” kata SBY.
Penghargaan
ini menuai kritik dari banyak kalangan. Kritik pertama dilayangkan oleh
profesor filsafat Romo Franz Magnis-Suseno. Romo Magnis bahkan
melayangkan sebuah surat langsung kepada AoCF dan mempertanyakan dasar
pemberian penghargaan bagi SBY. Dalam suratnya itu, Franz menilai
rencana pemberian penghargaan kepada SBY hanya akan mempermalukan
organisasi itu sendiri.
Kritik lainnya juga dilayangkan oleh
kelompok Human Rights Watch (HRW) yang menyatakan tindakan penyerangan
terhadap kaum minoritas di Indonesia masih tergolong tinggi. Dalam laman
Times of Israel, mereka mengatakan bukti kegagalan pemerintah RI
terlihat dari masih adanya tindak kekerasan terhadap umat Kristiani,
Muslim Syiah, dan pengikut Ahmadiyah. (adi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar