Pewarta: Ruslan Burhani
Jakarta (ANTARA
News) - Survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebutkan
mayoritas publik atau 58,92 persen responden setuju program Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebagai kompensasi kenaikan harga
BBM bersubsidi.
Peneliti LSI Adjie Alfaraby kepada pers di
Jakarta, Minggu, mengatakan, hanya 29,12 persen publik menyatakan tidak
setuju dan 11,96 persen publik tidak tahu atas BLSM.
Survei LSI
yang diadakan pada 18--20 Juni 2013 itu bertemakan "Politik Kebijakan
Bahan Bakar Minyak (BBM), BLSM dan Efek elektoralnya" dengan cara "Quick
Poll" yaitu menggunakan "Handset LSI" yang dipegang oleh 1.200
responden.
Para responden itu dipilih dengan metode "multistage
random sampling" dengan tingkat kesalahan (margin error) sekitar 2,9
persen.
Adjie mengatakan, kendati publik setuju atas pemberian
BLSM sebesar Rp150 ribu per bulan, namun hanya 24,27 persen publik yang
meyakini bahwa pembagian LSM akan tepat sasaran, 72,33 persen responden
tidak yakin dan 3,40 persen responden tidak tahu.
Survei
menyebutkan sebanyak 46,95 persen responden menilai bahwa Presiden SBY
sebagai tokoh yang paling berjasa penerapan BLS, kemudian 11,47 persen
untuk Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menko Kesra Agung Laksono (10,75
persen).
Selanjutnya, Menteri ESDM Jero Wacik (1,79 persen), menteri lainnya (3,58 persen) dan responden yan tidak menjawab 25,45 persen.
Dalam
survei ditemukan bahwa mayoritas publik atau 49,45 persen menilai
Partai Demokrat (PD) paling berjasa dalam mendorong penerapan BLSM,
sedangkan partai lainnya hanyak 16,73 persen dan tidak menjawab 33,82
persen.
Adjie mengatakan, terhadap pertanyaan anda setuju atau
tidak, jika harga BBM bersubsi dinaikkan, maka ditemukan 79,21 persen
responden menyatakan tidak setuju, hanya 19,10 persen yang setuju dan
sisanya 1,69 persen tidak menjawab.
"Penolakan kenaikan harga BBM
oleh responden cukup tingi yaitu pada survei LSI Agustus 2005 (82,3
persen), Mei 2008 (75,1 persen), Maret 2012 (86,6 persen) dan Juni 2013
(79,21 persen)," katanya.
Adjie menambahkan, survei LSI
menyimpulkan tiga prediksi politik soal BBM, yaitu pertama, terjadi
dukungan terhadap BLSM dari partai-partai koalisi pemerintah, kemudian
kedua, partai oposisi tidak secara terbuka menyerang program BLSM.
Ketiga,
PKS tetap memainkan peran ganda, yaitu meski bagian dari koalisi
pemerintah, PKS menyatakan menolak kenaikkan harga BBM dan mendukung
program BLSM.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar