Pewarta: Boyke LW
Bengkulu (ANTARA News) - Bank Indonesia meminta semua pihak agar tidak
menyamakan melemahnya nilai tukar rupiah dengan Indonesia dalam kondisi
krisis ekonomi.
"Indonesia masih jauh dari krisis, melemahnya
nilai tukar rupiah tidak serta merta krisis, ada banyak faktor (yang
terjadi) jika krisis ekonomi, tidak fair jika hanya menilai dari nilai
tukar rupiah saja," kata Kepala Grup Riset Ekonomi Direktorat Kebijakan
Ekonomi Bank Indonesia, Yoga Affandi, di Bengkulu Kamis.
Negara dikatakan krisis ekonomi, jika pertumbuhan perekonomian
anjlok, inflasi tidak terkendali, harga mata uang jatuh, serta terjadi
kekacauan politik hukum dan keamanan.
"Sedangkan kita, pertumbuhan ekonomi masih positif walau mengalami
perlambatan, begitu juga inflasi, kita yakin akhir tahun inflasi sesuai
target yakni empat plus minus satu," kata dia.
Pelemahan nilai tukar rupiah kali ini kata Yoga lebih disebabkan
faktor eksternal, oleh karena kondisi perekonomian global yang belum
pulih.
Tiongkok yang merupakan salah satu negara tujuan utama ekspor
komoditas yang dihasilkan Indonesia, menerapkan kebijakan devaluasi mata
uang, sehingga berpengaruh terhadap harga dan permintaan komoditas.
Sementara kondisi perekonomian Amerika Serikat sedang tumbuh
positif, dan terjadi penguatan mata uang, pengaruh tersebut tidak hanya
dirasakan oleh Indonesia, tetapi hampir seluruh negara di dunia.
"Kita menyebutnya fenomena kali ini, yakni super dolar, terjadi
penguatan yang cukup signifikan, bahkan ringgit Malaysia lebih merosot
dari kita," katanya.
Tiga siklus global yang dihadapi Indonesia saat ini hendaknya
ditanggapi berbagai pihak dengan cermat, dan tidak menyebarkan isu yang
membuat kecemasan ekonomi.
"Siklus yang kita harus hadapi yakni, pertumbuhan ekonomi global,
problem harga komoditas, serta siklus finansial. Memang berat, tapi kita
yakin bisa bertahan," ujarnya.
Bahkan Indonesia jauh lebih baik nilai tukar mata uangnya, jika
dibandingkan, negara Brasil, Meksiko, Afrika Selatan, Turki bahkan
Malaysia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar