VIVA.co.id - Analis NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, menyebut masih sulit untuk laju nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berbalik menguat jika data-data di Asia tidak cukup membantu.
"Laju rupiah terhadap dolar AS tampaknya masih berada dalam bearish pattern (pola menurun), yang terlihat belum adanya perlawanan dari rupiah sendiri untuk bergerak naik," ujarnya kepada VIVA.co.id, Rabu, 2 September 2015.
Pasalnya, pelemahan sejumlah indeks manufaktur di Asia sejak Senin,
31 Agustus 2015, yang dimotori oleh Korea Selatan dan berlanjut di
Selasa, 1 September 2015, kemarin terutama oleh Tiongkok memberikan
tekanan pada sejumlah mata uang Asia. Dengan dimikian, kurs rupiah pun
ikut terkena imbas negatifnya.
Bahkan, adanya inflasi yang cukup positif dari Badan Pusat
Statistik (BPS) yang mencatat laju inflasi pada bulan Agustus 2015
sebesar 0,39 persen tidak cukup kuat membantu laju rupiah agar tidak
melemah lebih dalam.
Padahal, Kepala BPS, Suryamin, mengatakan bahwa inflasi Agustus
adalah terendah sejak tahun 2007 dan menurun drastis dibanding bulan
Juli 2015 yang tercatat sebesar 0,93 persen.
"Kekhawatiran kami pun terjadi dimana laju rupiah masih melanjutkan pelemahannya," ujarnya.
Saat ini, laju rupiah di bawah target support (batas bawah) Rp14.036 per dolar AS. Reza memperkirakan, pergerakan rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp14.095-14.069.
"Bearish mode on (trend penurunan) masih perlu diwaspadai jika sentimen yang ada kurang positif."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar