JAKARTA
- Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal
Ramli tidak main-main. Proyek pembangunan listrik 35 ribu Megawatt (Mw)
yang tempo hari dikepretnya, kini telah dipangkasnya jadi 16 ribu Mw
hingga 2019
"Setelah kami bahas bersama, target
35.000 MW tidak mungkin dicapai dalam lima tahun, mungkin baru 10 tahun.
Target 16 ribu Mw saja itu sudah cukup berat," ujar Rizal mantan Menko
Perekonomian di zaman Gusdur itu di gedung BPPT, Jakarta, Senin (7/9).
Menurut dia, jika tetap bersikeras
membangun listrik sebesar 35 ribu MW dalam waktu lima tahun, maka beban
puncak PLN pada 2019 menjadi sebesar 74 ribu MW dan dengan kapasitas
berlebih sebesar 21 ribu MW.
"Kalau ini terjadi, PLN akan alami
kesulitan keuangan," Rizal menerangkan. "Sesuai aturan yang ada, PLN
harus membeli atau membayar sebanyak 74 persen kapasitas listrik
berlebih (21 ribu Mw) itu dari swasta, dipakai atau enggak dipakai."
Rizal juga mengubah nama proyek tersebut
menjadi proyek Percepatan Pembangunan dan Diversifikasi Listrik (PPD
Listrik). "Kenapa? Kami perlu diversifikasi, tidak hanya menggantungkan
listrik pada batubara karena dampaknya terhadap polusi. Karena itu kami
perlu diversifikasi ke geothermal, biodisel, sampah, dan sebagainya,"
tandas laki-laki yang pernah mendekam di penjara Orde Baru itu. (chi/jpnn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar