BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Sabtu, 23 Juli 2011

Penjara Anak di Indonesia Memprihatinkan

VIVAnews - Kondisi penjara anak di Indonesia sangat memprihatinkan, baik secara fisik maupun mental. Tak sedikit anak Indonesia yang gantung diri saat masih berada dalam tahanan, demikian menurut pengamat.
Direktur Pusat Kajian Perlindungan Anak Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Irwanto, mengatakan jika sistem peradilan dan perlindungan anak di Indonesia masih seperti ini tanpa perubahan, maka masa depan negara akan hancur.
"Kalau kita ingin penjarakan anak tiap tahunnya 4000-7000 anak, siapa yang diuntungkan? Hanya orang yang ingin Indonesia hancur yang memenjarakan anak-anak dengan kesalahan kecil," ujar Irwanto di acara Peringatan Hari Anak Nasional yang diselenggarakan AusAID di Taman Menteng, Jakarta, Sabtu, 23 Juli 2011.
Irwanto menegaskan apabila sistem peradilan di Indonesia tak memihak kepada anak, tentu efeknya jangka panjangnya cukup buruk.
Indonesia sangat mungkin kalah bersaing dengan negara-negara lain di dunia, karena sebagian besar generasinya telah mendapati trauma masa kecil yang sulit membuat mereka berkembang akibat menerima ketidakadilan. "Mereka akan jadi sampah masyarakat dan itu bukan salah mereka," kata dia.
Ditegaskan Irwanto, penjara bukanlah rumah  bagi anak-anak Indonesia. Kondisi kesehatan anak-anak di penjara tidak diperhatikan, banyak anak kekurangan gizi, kesulitan memperoleh air bersih, dan tekanan mental.
Hingga hari ini UU Nomor 3 tahun 1997 tentang pengadilan anak masih direvisi. Berbagai masalah diperdebatkan dan belum juga menemukan titik temu.
"Saya sudah terlibat lebih dari 4 tahun untuk memperjuangkan hak-hak anak. UU di Indonesia sanggup memenjarakan anak Indonesia yang baru berusia 8 tahun lebih satu hari. Karena itu kita harus memperjuangkan masalah tersebut," kata Irwanto.
Menurut dia, sistem ini tidak hanya buruk, tapi juga tidak adil. Irwanto meminta agar negara melakukan perlindungan sosial dan lebih memperhatikan nasib anak-anak ini sebagai penerus bangsa. (ren)

Tidak ada komentar: