BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Kamis, 19 Januari 2012

BLU Tak Becus Amankan Jalur Bus Transjakarta

RMOL. Awal 2012 ini, bus Transjakarta terus disorot publik. Berbagai kejadian yang menimpa bus ini, termasuk kelakuan para petugasnya, dinilai sebagai imbas dari ketidakbecusan pihak Badan Layanan Umum (BLU) dalam mengamankan jalur busway.
kritik itu dinyatakan anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta S Andyka. Menurutnya, hal ini me­­resahkan masyarakat. Bisa-bisa, hukum jalanan yang ber­laku.
   “Ini efek dari keseluruhan citra negatif yang melekat pada bus Transjakarta,” kata Andyka ke­pada Rakyat Merdeka, kemarin.
Seperti diketahui, Kamis (12/1), seorang oknum anggota po­lisi pe­ngawal mobil Securicor de­ngan nomor polisi B 1071 TFV je­nis Isuzu Panther, meno­dong­kan senjata laras panjang dan melepaskan tembakan ke udara kepada petugas penjaga portal busway bernama Rocky. Hal itu terjadi di Koridor IV tu­juan Pulo Gadung-Dukuh Atas.
Kejadian ini disusul peristiwa senggolan antara bus Transja­karta dengan mobil sedan di Ko­ridor II, Senen, Jakarta Pu­sat,  Minggu (15/1).  Pada peris­tiwa siang itu, terjadi pe­mukulan pe­­tu­gas patroli busway oleh pe­ngendara mobil tersebut. Di­ketahui, pelaku pemukulan pe­ngendara sedan, merupakan sa­lah satu anggota organisasi mas­ya­rakat.
Lalu Senin (16/1), bus Trans­jakarta bernopol B 7752 IS me­nyerempet seorang penye­berang yang melintas di antara halte Mangga Besar dan Sawah Be­sar. Korban mengalami luka le­cet di tangan kanan dan be­berapa jahitan di pelipis mata. Kor­ban bernama Panut (52) asal Klaten, Jawa Te­ngah itu, kini mendapat­kan pe­rawatan di RS Husada, Jakarta Pusat. Biaya pengo­ba­tannya di­tanggung pihak BLU Trans­jakarta.
Menurut Andyka, BLU Trans­jakarta dalam menertibkan kesa­lahan yang dilakukan supir bus Transjakarta ketika terjadi ke­celakaan di jalur busway, sering­kali prosesnya tidak diselesaikan se­cara hukum dan tidak trans­paran.
Menyangkut penganiayaan yang menimpa petugas busway, Sekretaris Fraksi Gerindra ini mengaku mengetahui, meski sebenar­nya hal ini sudah sering terjadi. Tapi menurutnya, baru ini saja yang terekspos di media. Yak­ni setelah kasus penembakan oleh oknum kepolisian tersebut.
Hal ini, ungkap Andyka, dike­tahuinya melalui salah seorang kerabatnya yang bekerja di bus Transjakarta. “Saya bisa bukti­kan. Makanya kerabat saya itu mengundurkan diri, karena se­ring menerima perlakukan yang tidak menyenangkan dari pe­num­pang,” akunya.
Karena itu dia berharap, pihak BLU Transjakarta dan Dinas Per­hubungan (Dishub) DKI Ja­karta bersikap tegas, sesuai ke­tentuan yang berlaku, tanpa pe­nge­cualian.
Ada beberapa langkah yang menurutnya perlu diperbaiki, baik secara internal maupun eks­ternal di BLU Transjakarta. Ka­rena seperti diketahui, kewe­nangan BLU Transjakarta sa­ngat terbatas melakukan tinda­kan hu­kum.
Andyka menyatakan, harus ada komunikasi yang lebih in­tens lagi antara pihak BLU Transjakarta, Dishub, Polda Metro Jaya dan instansi terkait, yang berkepen­tingan terhadap bus Transjakarta ini. “Selama ini komunikasi le­mah,” cetusnya.
Andyka juga menyindir Ka­dis­hub DKI Jakarta yang sering mangkir, saat DPRD memang­gil­nya untuk membahas persoal­an transportasi di ibukota. “Kita (DPRD) juga su­sah berkomuni­kasi dengan Dishub. Pihak Dis­hub tidak per­nah datang jika kita undang rapat. Begitu superior­nya mereka. Kadis kita panggil, nggak datang,” keluhnya.  [Harian Rakyat Merdeka]

Tidak ada komentar: