Singapura (ANTARA News) - Harga minyak naik di perdagangan Asia Jumat setelah mengalami penurunan singkat karena dealer mencerna optimisme data ekonomi AS dan komentar dari seorang pejabat Federal Reserve bahwa program stimulus tidak akan segera berakhir, kata analis.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus naik sembilan sen menjadi 97,14 dolar per barel dan minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Agustus naik 18 sen ke posisi 103,00 dolar pada perdagangan pagi.

Kelly Teoh, ahli strategi pasar di IG Markets Singapura, menyalahkan profit taking dengan penurunan harga di awal perdagangan Asia, tetapi mengatakan "pasar minyak mentah tetap bullish dalam jangka panjang dengan pandangan optimis terhadap perekonomian AS."

Baik WTI maupun Brent kontraknya melonjak lebih dari satu dolar dalam transaksi penutupan di New York pada hari Kamis karena data mengisyaratkan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat, konsumen minyak mentah terbesar dunia, tetap dengan kecepatan stabil.

Angka yang dirilis Kamis menunjukkan belanja konsumen rebound pada Mei dari sebelumnya turun pada April, pendapatan yang lebih tinggi, tekanan inflasi tetap rendah, klaim pengangguran baru meningkat, dan penjualan rumah yang tertunda.

Harga minyak juga mendapat dukungan dari komentar kepala the Fed New York William Dudley, yang menekankan bahwa bank sentral tidak akan menutup program pembelian obligasi 85 miliar per bulan "jika kondisi pasar tenaga kerja dan momentum pertumbuhan ekonomi yang kurang menguntungkan" ketimbang prediksi The Fed saat ini.

Komentar Dudley menunjukkan bahwa kebijakan moneter the Fed tetap "akomodatif daripada pengetatan," kata Desmond Chua, analis pasar pada CMC Markets di Singapura sebagaimana dilaporkan AFP.