BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Senin, 08 Oktober 2012

Buru Gembong Narkoba, Sang Jenderal pun Rela Mengantar Sipir Kencing

Andri Haryanto - detikNews

Jakarta Tabuh genderang perang terhadap 'The Silent Killer' alias narkotika terus bergemuruh. Namun di tengah harapan hukuman mati mampu membuat jera gembong narkotika di Indonesia, ketuk palu hakim menganulir hukuman mati seorang bandar narkotika menjadi belasan tahun bui. Artinya, sang bandar tinggal menunggu waktu untuk kembali menghirup udara bebas.

Jauh sebelum putusan diketuk, beberapa aparat yang fokus dalam upaya pemberantasan narkotika, Badan Nasional Narkotika (BNN), harus bergelut dengan lika-liku kendala yang dihadapi di lapangan. Mulai dari hujan, panas, sampai harus berbulan-bulan hidup di jalanan. Bahkan ada perwira tinggi yang rela berdiri lama di dekat kamar mandi dengan bau tidak sedap demi menunggu sipir kencing guna pemeriksaan.

Seorang penyidik BNN bercerita kerasnya proses pengungkapan dari kasus-kasus yang ditangani. "Kadang kita harus tinggalin keluarga sampai dua bulan, kadang tiga bulan. Itu kena panas dan hujan tidak bisa lepas dari target yang diburu," ujar penyidik yang meminta identitasnya disamarkan, saat berbincang dengan detikcom, beberapa waktu lalu.

Kepada keluarga, mereka harus menyimpan rapat tugas yang akan mereka hadapi di lapangan. Hal ini agar operasi tidak bocor sedikit pun ke luar lingkaran petugas yang terjun memburu gembong The Silent Killer.

"Kami juga harus menghindari razia kepolisian agar operasi benar-benar senyap dan tidak bocor dari petugas di wilayah yang dimasuki," jelasnya.

Pengalaman terberat yang dia rasakan adalah ketika harus menguntit bos pabrik ekstasi terbesar di Asia, Cikande, Serang, milik Benny Sudrajat alias Pandi Winarti dan Iming Santosa alias Budi Sucipto, pada 2006 lalu. Setelah empat bulan berada di jalanan mengikuti kaki tangan sang bandar, sakit pun mulai dirasakan. Namun hal itu tidak menyurutkan langkah mereka

"Namanya itu risiko tugas, mau tidak mau harus tetap dilakukan," ujarnya seraya menambahkan kendala lainnya adalah terputusnya sel-sel antar pengedar narkoba.

Informasi lain yang diterima detikcom, beratnya medan dirasakan aparat saat harus menempun ladang ganja yang berada di kawasan pegunungan Sumatra, Mandailing Natal, Sumut dan Aceh. Dia mencontohkan bagaimana perjuangan untuk mencapai puncak gunung Huta Tua di Mandailing Natal mencari ladang ganja seluas 7 hektare berdasarkan informasi dari masyarakat.

"Dari kaki gunung sekitar pukul 05.30 WIB, sementara kami mencapai puncak pukul 13.30 WIB," ujar penyidik lainnya.

Perjalanan di kawasan itu cukup berat. Tidak ada jalan setapak yang memandu petugas mencapai puncak. Kontur lereng yang curam dan licin menyulitkan petugas yang terjun. Mereka menapaki lereng dengan bergelantungan. Kondisi serupa juga mereka jumpai di Aceh saat menembus belantara untuk mencapai salah satu puncak Gunung Seulawah, memberantas 11 hektare ladang ganja yang sedang dipanen.

Hal menarik adalah ketika petugas BNN menggerebek Lapas Narkotika berdasarkan pengembangan penyelidikan kasus peredaran sabu. Saat itu petugas yang dipimpin langsung Deputi Penindakan BNN, Brigjen Pol Benny Mamoto, usai memeriksa sel yang dihuni bandar, langsung melakukan tes urin kepada seluruh sipir Lapas.

Ada yang menarik saat tes urine dilakukan, di mana salah seorang sipir tidak juga kunjung berhasil mengeluarkan air seni walaupun telah meneguk 3 liter air mineral kemasan dan diminta berlari mengelilingi lapangan lapas. Saat itu, Benny yang mengantar dan menunggui sipir itu kencing. Hal yang tak lazim dilakukan seorang perwira tinggi, berdiri di lorong kamar mandi dengan bau tidak sedap karena saluran air yang rusak.

Sikap itu diambil karena kemungkinan sang sipir tegang saat dijaga petugas BNN bersenjata dan menggunakan masker. "Prinsip saya, ketika penugasan penuh risiko saya harus ada di situ," ujar Benny beberapa waktu lalu di Aceh.

Dalam setiap operasi, Benny memang selalu terlihat memimpin pasukannya. "Lapas menjadi rawan, kepancing emosi itu ada, kalau anggota dilepas pasti ribut," ujar mantan atlet tembak dan tidak menyukai golf ini.

Tidak ada komentar: