Jakarta (ANTARA News) - Pimpinan Mahkamah Agung (MA) diminta untuk merespon desakan transparansi anggaran dengan sikap positif.
Menurut anggota Komisi III DPR RI, Bambang Soesatyo, reaksi
berlebihan dan konfrontatif yang diperlihatkan Ketua Muda MA Djoko
Sarwoko dan Sekretaris MA Nurhadi terhadap Hakim Agung Gayus Lumbuun
justru merusak citra MA.
"Rangkaian reaksi Djoko dan Nurhadi menyebabkan MA tampak tidak agung
lagi. Harkat dan martabat jabatan tinggi kenegaraan yang disandang
lenyap begitu saja karena yang terlihat di permukaan justru panik, rasa
takut dan emosi yang tak beralasan. Kalau sikap seperti ini terus
dipertahankan, publik akan curiga bahwa MA coba menutup-nutupi sesuatu
yang buruk," ungkapnya.
Publik, lanjutnya, sudah mendapat gambaran tentang perlakuan tidak
pantas terhadap para Hakim Agung. Derajat mereka direndahkan, bahkan
lebih rendah dari PNS eselon I - II di MA.
"Padahal, negara mengalokasikan anggaran sangat besar guna
mendukung kerja para hakim agung. Diskriminasi di MA pasti sudah
melampaui batas toleransi, sehingga muncul anggapan para hakim agung
sebagai warga kelas II di MA dan diperlakukan seperti kambing," ujar
dia.
Oleh karena itu, kalau para hakim agung diperlakukan seperti itu, tentu
layak untuk mengedepankan pertanyaan mengenai pemanfaatan anggaran MA.
"Jawaban paling ideal atas pertanyaan ini adalah transparansi anggaran,"
sebut politisi Golkar itu.
Kini, lanjutnya, desakan transparansi anggaran di MA bukan lagi
persoalan sederhana. "Ketua Muda MA sendiri yang mengungkapkan bahwa ada
PNS yang merangkap sebagai pengusaha telah memberikan sumbangan
finansial sangat besar untuk MA, " kata Bambang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar