Surabaya (ANTARA
News) - Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menegaskan bahwa dalam
era perang modern yang multikompleks saat ini, Tentara Nasional
Indonesia (TNI) harus memiliki doktrin militer yang kuat untuk
memenangkan peperangan.
Saat memberikan amanat pada pembukaan
Latihan Gabungan TNI di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Jawa Timur
Sabtu, Agus Suhartono mengatakan, seiring perkembangan zaman, telah
terjadi perubahan bentuk perang pada abad XXI, dari gerilya menjadi
perang modern.
"Tanpa doktrin militer yang kuat, dapat dipastikan
sulit untuk memenangkan perang modern. Bahkan perang gerilya sekalipun
tidak akan dapat mencapai kemenangan," katanya.
Upacara pembukaan Latgab TNI dihadiri tiga kepala staf angkatan,
masing-masing KSAL Laksamana TNI Soeparno, KSAD Jenderal TNI Pramono
Edhie Wibowo dan KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat, serta para Pangkotama
dan petinggi TNI.
Laksamana Agus Suhartono menambahkan, dalam konteks doktrin operasi
militer modern terdapat sejumlah unsur penting, yakni strategi militer,
markas komando, pusat komando dan kendali aset, serta unit militer
sebagai aset operasional dan tempur.
"Latihan Gabungan TNI kali ini memiliki tiga dimensi penting, yakni
dimensi taktis, strategi dan politis dalam konteks pertahanan dan
keamanan negara," tambah Panglima TNI.
Dalam dimensi taktis dan strategis, latihan gabung diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan perorangan dan satuan serta mengaplikasikan
doktrin dan protap operasi gabungan sesuai perkembangan operasi militer
modern.
"Dari dimensi politis, latihan ini merupakan kontinuitas dalam
penyelenggaraan keamanan negara terhadap berbagai gangguan yang
kemungkinan merongrong kedaulatan NKRI. Latihan seperti ini digelar
setiap tahun dengan tingkatan berbeda," ujarnya.
Latgab TNI tingkat brigade yang melibatkan sebanyak 11.693 personel
dari tiga angkatan itu, berlangsung pada 20 Oktober hingga 30 November
2012 di Surabaya, Perairan Laut Sulawesi dan Sangatta, Kalimantan Timur.
Latihan dimulai dengan gladi posko di Komando Latihan Armada Timur
pada 20-25 Oktober 2012 dan diikuti 931 personel, terdiri dari 240
personel penyelenggara dan 691 personel pelaku.
Setelah latihan posko, dilanjutkan latihan lapangan di Perairan
Laut Sulawesi dan pendaratan amfibi di Pantai Sangatta, Kaltim, pada 25
Oktober hingga 30 November 2012.
Selain 11.693 personel, pada latihan perang ini juga dikerahkan
berbagai peralatan tempur, antara lain enam unit Tank Scorpio, dua
Stormer APC, 35 kapal perang, empat pesawat tempur SU-27/30 dan enam
pesawat Hawk SPO, serta delapan pesawat angkut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar