Ray Jordan - detikNews
Jakarta
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengapresiasi langkah Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang akan turun tangan dalam meredam
situasi dua institusi penegak hukum, KPK dan Polri.
"Dari hasil
pembicaraan antara pimpinan KPK, Menkopolhukam, dan Mensesneg,
disampaikan bahwa Presiden SBY akan men-take over, turun tangan
menyelesaikan persoalan yang terjadi antara KPK dan Polri," kata juru
bicara KPK, Johan Budi, dalam konferensi pers di Gedung KPK, JL HR
Rasuna Said, Minggu (7/10/2012) malam.
Menurut Johan, sikap kepala negara dalam menengahi kondisi yang memanas antara KPK dan Polri akhir-akhir ini patut diapresiasi.
"Kita
perlu apresiasi Presiden kita atas perhatiannya melihat situasi dan
kondisi, di level masyarakat muncul adanya pernyataan-pernyataan yang
ontra produktif bila kepala negara tidak turun tangan," jelas Johan.
Skala
ketegangan antara KPK dan Polri meningkat ketika polisi dari Polda
Bengkulu hendak menangkap Novel hari Jumat (5/10) malam di Gedung KPK.
Polisi
membawa surat penangkapan Novel yang disangka terlibat perkara dugaan
penganiayaan berat terhadap tersangka pencurian burung walet ketika
dirinya menjadi Kasat Reskrim di Polda Bengkulu pada tahun 2004.
Wakil
Ketua KPK Bambang Widjojanto menyebut rencana penangkapan Novel adalah
upaya kriminalisasi karena tidak ada bukti Novel terlibat. Upaya
kriminalisasi juga ditengarai dilakukan polisi karena Novel merupakan
ketua tim penyidik perkara dugaan korupsi simulator SIM.
Soal tudingan kriminalisasi, Mabes Polri membantahnya. "Ini murni penegakan hukum," kata Kabareskrim Komjen Pol Sutarman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar