Muhammad Taufiqqurahman - detikNews
Jakarta - Sahur on the road (SOTR) sudah melenceng dari tujuan
awal. Dahulu SOTR dilakukan dengan semangat berbagi. Tapi kini justru
jadi ajang kebut-kebutan hingga konvoi sekedar pamer.
Suara
sumbang pun datang dari masyarakat, terutama yang tinggal di pinggir
jalan besar. Suara knalpot yang bising dan kerumunan yang berisik
mengganggu.
“Rumah saya di pinggir jalan besar, Jl Hanglekir.
Pada bulan ramadan, terutama masuk minggu ke-2, dan meningkat di minggu
ke-3, anak-anak yang melakukan SOTR, sekitar jam 02.00-03.00 WIB
berhenti tepat di tengah jalan depan rumah saya, dan ribut,
teriak-teriak, motor diderung-derung,” jelas seorang pembaca detikcom,
Betty Sudiono dalam surat elektronik ke redaksi@detik.com, Rabu
(8/7/2015) pagi.
“Apa mereka tidak sadar ya, kawasan di situ
daerah perumahan yamg mana sangat mengganggu yang sedang beribadah. Baik
yang mau sahur, atau sedang salat,” urai Betty.
Tak hanya Betty,
keluhan juga disampaikan Elvid Luthfie. Suaminya yang sopir taksi
terkadang risau bila berpapasan dengan pelaku SOTR.
“Bikin tambah
macet hingga suami saya yang pengemudi taksi harus waspada terhadap
konvoi-konvoi SOTR ini, kebanyakan mereka seperti yang punya jalanan,
sembarang berhenti dan kebut-kebutan,” terang Elvida dalam surat
elektronik.
Bagaimana menurut Anda pelaku SOTR?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar