BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Senin, 07 September 2015

Harga Jual BBM Ogah Turun, Ini Alasan Pertamina

Jpnn
JAKARTA -  Tergerusnya harga minyak global tidak akan berimbas pada turunnya harga jual BBM. Alasannya, PT Pertamina rugi dan nilai tukar rupiah masih lemah. Pemerintah pun menetapkan harga premium dan solar subsidi per September tidak berubah.
Direktur Pembinaan Program Migas Ditjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agus Cahyono Adi menjelaskan, penghitungan atas perkembangan situasi sepanjang Agustus telah dilakukan. Hasilnya, harga keekonomian premium sebesar Rp 7.700 per liter dan solar Rp 5.850 per liter.
Harga itu belum termasuk subsidi negara Rp 1.000 per liter solar. ''Kami tetapkan harga jual per liter premium Rp 7.300 dan solar Rp 6.900,'' ujarnya dalam diskusi di gedung Dewan Pers, Jakarta, kemarin (6/9).
Dengan penetapan harga tersebut, menurut dia, masih ada defisit Rp 400 per liter dari premium. Sebaliknya, terdapat surplus Rp 1.050 per liter dari solar bersubsidi. Pada Agustus kemarin, harga jual solar juga mengalami surplus Rp 250 per liter. Sepanjang satu bulan itu, total terdapat surplus Rp 310 miliar. Namun, secara year to date sejak awal 2015 sampai Agustus, penjualan solar bersubsidi masih mengalami defisit alias rugi Rp 119,5 miliar.
Sementara itu, kerugian dari penjualan premium lebih tinggi lagi. Mencapai Rp 13 triliun. Total, sejak awal tahun ini sampai Agustus, penjualan premium dan solar rugi Rp 13,17 triliun.
Agus menyatakan, kerugian yang menjadi beban PT Pertamina tersebut tidak boleh ditutupi dengan uang yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Pertamina sebagai BUMN harus berjuang sendiri menutupi kerugian, baik dengan aksi korporasi maupun kebijakan harga (pricing policy).
Di tempat sama, Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (Iress) Marwan Batubara menilai pemerintah sebaiknya lebih sensitif terhadap situasi perekonomian dan harapan masyarakat. Diharapkan, ada pricing policy berupa penurunan harga jual BBM untuk mengurangi beban masyarakat.
''Konsumsi gas industri turun, solar industri juga turun, begitu juga listrik. Artinya, kegiatan ekonomi berkurang,'' terangnya. ''Mumpung harga minyak dunia turun, coba membantu mengurangi beban itu supaya daya beli kembali meningkat,'' lanjut dia.
Syaratnya, bila harga premium dan solar diturunkan, intervensi pemerintah harus berlanjut sampai di lapangan agar imbasnya benar-benar signifikan.
''Ongkos transportasi harus turun. Biaya lain juga ikut turun sehingga daya beli meningkat dan perekonomian kita bergerak cepat lagi,'' tutur Marwan. (gen/c14/tia)

Tidak ada komentar: