By
Liputan6.com, Jakarta - Kejadian setahun lalu kembali
terulang. Kawasan Istana Merdeka di Jalan Medan Merdeka Utara terendam
lagi akibat genangan banjir. Kejadian ini lagi-lagi membuat Gubernur DKI
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok naik pitam. Sebab, tahun lalu
dia mengatakan banjir di Jakarta tidak akan terjadi bila tidak ada
sabotase. Apalagi ini di kawasan Ring 1.
"Banjir di Jakarta kecuali ada sabotase semua tanggul. Kalau tidak ada sabotase saya
jamin Jakarta tidak ada banjir yang menyeluruh seperti dulu," kata pria
yang akrab disapa Ahok itu di Balai Kota Jakarta, Rabu 18 Februari
2015.
Sebagai pembenaran atas ucapannya itu, Ahok mengaku menemukan 'biang
kerok' banjir di jalan utama Ibu Kota seperti Jalan Sudirman, Thamrin,
Medan Merdeka, dan kawasan depan Istana Merdeka. Bukti itu didapat saat
petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) menangani banjir.
Ahok mengambil ponsel pintarnya dan menunjukkan beberapa foto hasil
pengerjaan petugas PPSU. Dari situ diketahui, banyak bekas kulit kabel
yang menumpuk di saluran air, sehingga mengganggu drainase.
"Gila nih. Siapa yang masukin kulit kabel listrik gitu banyak dalam
got? Sama kayak kasus Fatmawati," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Jumat
(26/2/2016).
Foto tumpukan kabel itu ditemukan di saluran depan kantor Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Ahok tak habis pikir kulit kabel
itu menumpuk di satu lokasi yang sama.
Incar Dana Darurat
Mantan Bupati Belitung Timur itu curiga, ada pihak yang sengaja
menggunakan banjir untuk memainkan isu Istana Merdeka tenggelam. Padahal
tidak mungkin Istana Merdeka tergenang atau banjir.
"Ada orang main isu sama saya, Istana tenggelam. Istana mana mungkin
tenggelem. Saya curiga kenapa orang ngomong Istana tenggelam, Istana
tergenang, ketemulah ini. Ini 1 truk loh, ini persis di samping sini
kantor ESDM," beber Ahok.
Ahok yakin ada orang yang sengaja menaruh kulit kabel di lokasi itu,
agar air tidak bisa mengalir dan meluap tepat di Istana Merdeka.
"Siapa yang iseng ini? Ini bukan sisa, sama juga dengan underpass.
Kita lagi awasin, underpass itu enggak ada ceritanya tenggelam, karena
pompa kita ada cadangan," ucap Ahok.
Ahok menduga ada oknum yang sengaja membuat Jakarta banjir. Dengan begitu ada dana yang dikeluarkan khusus untuk siaga darurat.
"Apa permainan, apa tidak, apa sabotase, saya enggak tahu. Langsung
minta saya siaga darurat, pusat duit Rp 50 miliar, enggak seneng sama
saya bilang puncak banjir Imlek, enggak banjir. Lurah perhatiin dulunya
banjir, sekarang enggak. Aneh, iri amat sama Jakarta, aneh banget," ujar
Ahok di Balai Kota Jakarta, Selasa 9 Februari 2016.
'Sabotase' Setahun Lalu
Kejadian ini sama persis dengan tahun lalu. Awal Februari 2015,
kawasan Istana kebanjiran. Ahok pun mengaku bingung dengan kondisi ini.
Menurut dia, tidak ada alasan Istana atau Monas terendam banjir. Sebab,
kondisi saluran air di sekitar wilayah itu sangat baik.
"Nggak ada alasan Monas-Istana terendam. Ini (Balai Kota) juga
terendam kan semalam, masuk ini. Makanya saya nggak tahu," ujar Ahok di
Balai Kota, Senin 9 Februari 2015.
Menurut dia, saluran air di Pluit dan Manggarai sangat rendah. Masjid
Istiqlal juga seharusnya selalu dalam posisi rendah. Kalau pun mulai
tinggi air bisa dialihkan ke Gajah Mada-Hayam Wuruk yang posisi airnya
juga rendah.
"Tadi saya terbangun jam 02.00 WIB karena hujan langsung cek CCTV,
ternyata CCTV Istiqlal mati. Saya curiga terendam nih, pasti istana
terendam. Saya nggak tahu sabotase atau sengaja, saya nggak berani menduga," ungkap Ahok.
Tak perlu menunggu lama, Ahok kemudian mendapat informasi tentang
penyebab terendamnya kawasan Istana. Ternyata, muara masalah dari
pemadaman listrik yang dilakukan PLN, sehingga pompa air tak bisa
bekerja.
"Kenapa naik terus, sejak pukul 07.00 WIB PLN matikan lampu di situ.
Pompa nggak bisa jalan. Kalau pompa nggak jalan hujan terus ya naik dong
air. Pertanyaanya, kenapa PLN matikan lampu. Alasannya takut kesetrum,
orang saya tanya udah banjir belum di situ," ujar Ahok geram.
Genset yang Terbatas
Ahok sudah heran sejak dalam perjalanan. Awalnya, dia bingung dengan
kondisi Waduk Pluit yang airnya cukup tinggi. Setelah melihat kawasan
Sawah Besar di Jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk kering, termasuk Istana
Negara.
Memasuki siang hari, dirinya masih berpikir seluruh pompa di Waduk
Pluit bekerja. Ternyata memasuki siang Istana justru terendam. Dari 12
pompa hanya 2 yang berfungsi karena listrik mati.
"Sekarang Waduk Pluit kenapa 12 pompa besar kenapa airnya begitu
tinggi. Hujan berapa besar kayak kemarin dengan 12 pompa, ada nggak
Waduk Pluit naik. Logika saya, saya mau tanya, matiin listrik di Waduk
Pluit belum banjir kok. Buat apa. Kalau mati, genset kita hanya bisa 2
pompa. Ya kalau 2 pompa ya tenggelam dong," tutur Ahok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar