Giras Pasopati, CNN Indonesia
Jakarta, CNN Indonesia
--
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi
mengalami tekanan dari sektor komoditas setelah harga minyak mentah
dunia kembali lesu menyusul gagalnya perundingan rencana pembatasan
produksi antara produsen.
Seperti diketahui, Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi menyatakan pemotongan produksi minyak tidak akan terjadi, meskipun lebih banyak negara yang akan bergabung untuk membekukan produksi.
Sementara, Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh menolak kesepakatan pembekuan produksi minyak antara dua produsen utama, Arab Saudi dan Rusia. Melalui kantor berita ISNA, ia menyebut kesepakatan itu sebagai "lelucon".
Menurutnya, beberapa negara tetangga telah meningkatkan produksi minyaknya selama bertahun-tahun menjadi 10 juta barel per hari. Kemudian, saat ini negara-negara tersebut mendorong Iran membekukan produksi minyak.
"Mereka membekukan produksi pada 10 juta barel per hari dan kami membekukan pada satu juta barel per hari. Ini adalah lelucon yang sangat lucu," kata Zanganeh.
Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto mengatakan kegagalan rencana pemangkasan produksi tersebut pasti akan membuat harga minyak kembali melemah. Namun, ia mengaku sampai sejauh mana pelemahan bakal terjadi.
“Kita tidak bisa melihat bottom (level terendah) dari harga minyak karena sentimen negatif yang ada terlalu besar dan banyak,” ujarnya ketika dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (24/2).
Menurutnya hal itu akan mempengaruhi pergerakan bursa saham global yang beberapa waktu ini sangat terkait dengan kondisi harga minyak. David pun mengakui akan adanya tekanan bagi bursa domestik terkait hal tersebut.
“Tekanan memang bakal ada. Fluktuasi bisa terjadi kapan pun di tengah kondisi ini,” katanya.
Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan bahwa tak bisa dipungkiri saham sektor komoditas dan pertambangan bakal memperoleh tekanan terkait pelemahan harga minyak dunia.
“Kita semua tahu beberapa waktu ini pergerakan saham komoditas dan tambang dunia sangat berkaitan dengan harga minyak,” jelasnya.
Namun, ia menyatakan bahwa secara teknikal jangka menengah, harga minyak memiliki peluang untuk berbalik menguat (rebound). Hal itu, lanjutnya, bisa menjadi momentum yang baik bagi kolektor saham komoditas sebelumnya.
“Saya sendiri melihat ada peluang rebound minyak dalam jangka menengah. IHSG seharusnya bisa memanfaatkan hal itu untuk reli,” katanya.
Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya mengatakan IHSG sedang dalam proses menguji level support 4.627, di mana level support tersebut untuk sementara ini merupakan titik pertahanan IHSG dalam timeframe jangka pendek.
“Jika tidak dijebol maka peluang untuk kembali melanjutkan pola uptrend jangka pendek akan terbuka lebar,” katanya.
William menilai target resistance saat ini berada pada level 4.722 yang berpotensi akan digapai dalam waktu dekat. Menurutnya kenaikan IHSG juga terdorong oleh rebound-nya sektor finansial terutama emiten perbankan berkapitalisasi besar,
“Namun kewaspadaan tetap diperlukan terkait fluktuasi harga komoditas minyak yang masih akan berpengaruh terhadap pergerakan IHSG,” jelasnya. (gir)
Seperti diketahui, Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi menyatakan pemotongan produksi minyak tidak akan terjadi, meskipun lebih banyak negara yang akan bergabung untuk membekukan produksi.
Sementara, Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh menolak kesepakatan pembekuan produksi minyak antara dua produsen utama, Arab Saudi dan Rusia. Melalui kantor berita ISNA, ia menyebut kesepakatan itu sebagai "lelucon".
Menurutnya, beberapa negara tetangga telah meningkatkan produksi minyaknya selama bertahun-tahun menjadi 10 juta barel per hari. Kemudian, saat ini negara-negara tersebut mendorong Iran membekukan produksi minyak.
"Mereka membekukan produksi pada 10 juta barel per hari dan kami membekukan pada satu juta barel per hari. Ini adalah lelucon yang sangat lucu," kata Zanganeh.
Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto mengatakan kegagalan rencana pemangkasan produksi tersebut pasti akan membuat harga minyak kembali melemah. Namun, ia mengaku sampai sejauh mana pelemahan bakal terjadi.
“Kita tidak bisa melihat bottom (level terendah) dari harga minyak karena sentimen negatif yang ada terlalu besar dan banyak,” ujarnya ketika dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (24/2).
Menurutnya hal itu akan mempengaruhi pergerakan bursa saham global yang beberapa waktu ini sangat terkait dengan kondisi harga minyak. David pun mengakui akan adanya tekanan bagi bursa domestik terkait hal tersebut.
“Tekanan memang bakal ada. Fluktuasi bisa terjadi kapan pun di tengah kondisi ini,” katanya.
Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan bahwa tak bisa dipungkiri saham sektor komoditas dan pertambangan bakal memperoleh tekanan terkait pelemahan harga minyak dunia.
“Kita semua tahu beberapa waktu ini pergerakan saham komoditas dan tambang dunia sangat berkaitan dengan harga minyak,” jelasnya.
Namun, ia menyatakan bahwa secara teknikal jangka menengah, harga minyak memiliki peluang untuk berbalik menguat (rebound). Hal itu, lanjutnya, bisa menjadi momentum yang baik bagi kolektor saham komoditas sebelumnya.
“Saya sendiri melihat ada peluang rebound minyak dalam jangka menengah. IHSG seharusnya bisa memanfaatkan hal itu untuk reli,” katanya.
Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya mengatakan IHSG sedang dalam proses menguji level support 4.627, di mana level support tersebut untuk sementara ini merupakan titik pertahanan IHSG dalam timeframe jangka pendek.
“Jika tidak dijebol maka peluang untuk kembali melanjutkan pola uptrend jangka pendek akan terbuka lebar,” katanya.
William menilai target resistance saat ini berada pada level 4.722 yang berpotensi akan digapai dalam waktu dekat. Menurutnya kenaikan IHSG juga terdorong oleh rebound-nya sektor finansial terutama emiten perbankan berkapitalisasi besar,
“Namun kewaspadaan tetap diperlukan terkait fluktuasi harga komoditas minyak yang masih akan berpengaruh terhadap pergerakan IHSG,” jelasnya. (gir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar