Balikpapan (ANTARA News) - Sebuah bendera merah putih raksasa berukuran 20 X 50 meter akan dikibarkan para pramuka penegak dan pandega peserta Pelayaran dan Perkemahan Bakti Saka Bahari Nasional di Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Timur.
"Yang mengibarkan juga berjumlah 1.000 pramuka, berusia antara 16-25 tahun dari seluruh Indonesia. Bendera tersebut ditarik bersama-sama ke puncak tiang yang sebelumnya juga mereka buat bersama-sama," kata Laksamana Pertama Kingkin Suroso, Kepala Pimpinan Nasional Pramuka Satuan Karya (Saka) Bahari di Balikpapan, Selasa petang.
Bendera 1.000 meter persegi itu memiliki berat lebih kurang 60 kg.
"Tentu ringan sekali kalau ditarik oleh 1.000 pemuda bersama-sama. Ini perlambang kalau kita bergotong-royong, bersatu padu, tidak ada yang tidak bisa kita kerjakan," ujar Kingkin.
Pulau Sebatik adalah salah satu pulau terluar Indonesia di mana sebagian dari pulau itu masuk wilayah negara bagian Sabah, Malaysia.
Pengibaran bendera itu merupakan acara puncak Pelayaran dan Perkemahan Bakti Saka Bahari Nasional yang diikuti hingga 5.000 pramuka dari seluruh Indonesia dan 50 peserta dari negara-negara ASEAN.
Dari jumlah itu, 1.032 pramuka, termasuk 50 peserta dari negara-negara anggota ASEAN, datang ke Pulau Sebatik dengan menumpang KRI dr Soeharso, kapal perang jenis kapal pendarat amfibi yang baru dibeli dari Korea Selatan.
KRI dr Soeharso memulai pelayaran dari Jakarta pada 28 Desember 2011 dengan membawa 224 Pramuka Saka Bahari dari Indonesia Barat dan ditambah 245 orang anggota panitia.
"Kami harapkan sudah tiba di Pulau Sebatik pada 7 Januari 2012. Tapi sebelumnya kami mampir dulu di Pulau Derawan untuk menyelam, menyaksikan keindahan alam bawah laut Indonesia, dan mempromosikannya kepada dunia," kata Lantama Kingkin Suroso yang juga Kepala Dinas Pembinaan Potensi Maritim Markas Besar TNI AL.
Dari Pulau Derawan, kapal berhenti sejenak di Tarakan untuk menjemput 142 anggota Saka Bahari dari kabupaten di utara Kaltim, lalu lanjut ke Nunukan dan menaikkan lagi 32 orang anggota Saka Bahari.
"Kami akan terus hingga Karang Unarang di perairan Ambalat," lanjut Kingkin.
Perairan Ambalat sempat diklaim Malaysia sebagai wilayahnya hingga memicu ketegangan antara kedua negara. Tentara Laut Malaysia kerap kali melanggar wilayah RI di kawasan ini atau menangkapi nelayan Indonesia yang melaut di sini.
"Baru setelah itu kita mendarat di Sebatik dan berkemah selama 4 hari," sambung M Hatta Zainal, Kepala Kwartir Daerah Kalimantan Timur.
Perkemahan akan ditutup pada 12 Januari 2012 dan KRI dr Soeharso berlayar kembali ke Jakarta dengan rute sebaliknya dengan dijadwalkan tiba kembali di Jakarta pada 19 Januari 2012.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar