BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Jumat, 06 Januari 2012

SBY Minta Menperin Garap Proyek Mobnas

RMOL.Pasca Walikota Solo Joko Widodo memproklamirkan pakai mobil Kiat Esemka sebagai mobil dinasnya, perhatian pejabat negara terpusat pada roda empat buatan anak bangsa itu. DPR berharap, demam mobil nasional (mobnas) tidak terjadi hanya sesaat.
Anggota Komisi VI DPR Hen­­dra­wan Supratikno meng­ingat­kan agar semua antusiasme menyam­but kelahiran mobnas itu bisa di­tindaklanjuti. Dia tidak ingin per­bincangan yang sedang hangat di kalangan pejabat pe­me­rintah hanya sebatas angin lewat.
“Ini momentum yang tepat bagi pemerintah untuk mewujud­kan impian dalam memiliki mo­bil na­sional. Jangan sampai bangsa kita hanya hangat-hangat tahi ayam dan tidak ada tindak­ lanjutnya lagi,” sindirnya ketika dihubungi Rakyat Merdeka, kemarin.
Ia mengatakan, proses mewu­jud­kan mobil Esemka menuju industri berkelas membutuhkan waktu panjang. Berdasarkan pengalaman negara lain, dibu­tuhkan setidaknya 15 tahun untuk bisa membangun industri nasio­nal. Jika tahun ini Esemka baru diproduksi, maka sekitar tahun 2022 baru bisa menjadi industri nasional.
“Saat ini masih dalam tahap uji coba dan kelayakan teknologi. Nanti kalau sudah selesai semua­nya, saya juga pasti akan ikut meng­gunakannya,” cetus politisi Banteng itu.
Dihubungi terpisah, Menteri Perindus­trian (Menperin) MS Hidayat me­nga­takan, Esemka bisa menjadi trigger (pe­micu) agar Indonesia bisa segera menghasil­kan mob­nas. Hal itu merupakan refleksi dari keingi­nan masyarakat Indo­nesia se­hingga punya ke­banggaan na­sio­nal melahirkan mobnas.
“Di Orde baru dulu juga ada (mob­nas), tapi gagal. Saya nggak mau yang ini gagal juga. Sebagai Menperin, saya diinstruksikan Pre­siden untuk memikirkan kem­bali lahirnya mobil nasional. Jadi pada tahun ketiga ini, saya sudah mulai membuat beberapa pro­totype,” ujar Hidayat di Jakarta, kemarin.
Ia melanjutkan, model-model mobnas dibagi menjadi tiga, yaitu low cost and green car, mo­bil nia­ga untuk pedesaan dan mobil Gea untuk komersil.
Saat ini, sambungnya, mobil tersebut sedang dalam tahap uji coba kelayakan. Jika proses ke­layakan dan ketangguhan mesin sudah rampung, mobil harus bera­lih kepada industri. Untuk itu dibutuhkan kesiapan industri melalui supporting industry (in­dustri pendukung) yang meliputi industri-industri komponen dan industri penunjangnya. Harus ada bengkel-bengkel dan purna jual, outlet.
“Setelah dinyatakan laik dari segi teknologi dari Kementerian Perindustrian, dia akan mendapat izin dari Kementerian Perhu­bungan untuk bisa turun ke jalan. Saat itulah, Menperin akan me­nyetir mobil itu,” jelasnya.
Menurutnya, meningkatkan pro­duk menuju industri mem­bu­tuh modal yang cukup besar. Se­bab, industri mobil di seluruh dunia itu mencakup capital inten­sive (padat modal), labour inten­sive (padat karya) dan juga padat teknologi.
“Kita sudah punya pengalaman lebih dari 30 tahun di industri pe­rakitan. Jadi penguasaan industri teknologi otomotif memang su­dah waktunya dilahirkan. Seka­rang ini tingkat kandungan dalam negerinya sudah mencapai 80-85 persen,” jelasnya.
Sebelumnya, beberapa Menteri seperti Menteri Pendidikan M Nuh, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dan Menteri BUMN Dahlan Iskan menyatakan keter­tarikannya membeli mobil buatan siswa SMK 2 Surakarta itu. Bah­kan, demam mobil seharga Rp 95 juta itu juga sudah mewabah ke anggota DPR seperti Roy Suryo yang sudah memboyong dua unit mobil. [Harian Rakyat Merdeka]

Tidak ada komentar: