RMOL.Pasca Walikota Solo Joko Widodo memproklamirkan pakai mobil Kiat Esemka sebagai mobil dinasnya, perhatian pejabat negara terpusat pada roda empat buatan anak bangsa itu. DPR berharap, demam mobil nasional (mobnas) tidak terjadi hanya sesaat.
Anggota Komisi VI DPR Hendrawan Supratikno mengingatkan agar semua antusiasme menyambut kelahiran mobnas itu bisa ditindaklanjuti. Dia tidak ingin perbincangan yang sedang hangat di kalangan pejabat pemerintah hanya sebatas angin lewat.
“Ini momentum yang tepat bagi pemerintah untuk mewujudkan impian dalam memiliki mobil nasional. Jangan sampai bangsa kita hanya hangat-hangat tahi ayam dan tidak ada tindak lanjutnya lagi,” sindirnya ketika dihubungi Rakyat Merdeka, kemarin.
Ia mengatakan, proses mewujudkan mobil Esemka menuju industri berkelas membutuhkan waktu panjang. Berdasarkan pengalaman negara lain, dibutuhkan setidaknya 15 tahun untuk bisa membangun industri nasional. Jika tahun ini Esemka baru diproduksi, maka sekitar tahun 2022 baru bisa menjadi industri nasional.
“Saat ini masih dalam tahap uji coba dan kelayakan teknologi. Nanti kalau sudah selesai semuanya, saya juga pasti akan ikut menggunakannya,” cetus politisi Banteng itu.
Dihubungi terpisah, Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mengatakan, Esemka bisa menjadi trigger (pemicu) agar Indonesia bisa segera menghasilkan mobnas. Hal itu merupakan refleksi dari keinginan masyarakat Indonesia sehingga punya kebanggaan nasional melahirkan mobnas.
“Di Orde baru dulu juga ada (mobnas), tapi gagal. Saya nggak mau yang ini gagal juga. Sebagai Menperin, saya diinstruksikan Presiden untuk memikirkan kembali lahirnya mobil nasional. Jadi pada tahun ketiga ini, saya sudah mulai membuat beberapa prototype,” ujar Hidayat di Jakarta, kemarin.
Ia melanjutkan, model-model mobnas dibagi menjadi tiga, yaitu low cost and green car, mobil niaga untuk pedesaan dan mobil Gea untuk komersil.
Saat ini, sambungnya, mobil tersebut sedang dalam tahap uji coba kelayakan. Jika proses kelayakan dan ketangguhan mesin sudah rampung, mobil harus beralih kepada industri. Untuk itu dibutuhkan kesiapan industri melalui supporting industry (industri pendukung) yang meliputi industri-industri komponen dan industri penunjangnya. Harus ada bengkel-bengkel dan purna jual, outlet.
“Setelah dinyatakan laik dari segi teknologi dari Kementerian Perindustrian, dia akan mendapat izin dari Kementerian Perhubungan untuk bisa turun ke jalan. Saat itulah, Menperin akan menyetir mobil itu,” jelasnya.
Menurutnya, meningkatkan produk menuju industri membutuh modal yang cukup besar. Sebab, industri mobil di seluruh dunia itu mencakup capital intensive (padat modal), labour intensive (padat karya) dan juga padat teknologi.
“Kita sudah punya pengalaman lebih dari 30 tahun di industri perakitan. Jadi penguasaan industri teknologi otomotif memang sudah waktunya dilahirkan. Sekarang ini tingkat kandungan dalam negerinya sudah mencapai 80-85 persen,” jelasnya.
Sebelumnya, beberapa Menteri seperti Menteri Pendidikan M Nuh, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dan Menteri BUMN Dahlan Iskan menyatakan ketertarikannya membeli mobil buatan siswa SMK 2 Surakarta itu. Bahkan, demam mobil seharga Rp 95 juta itu juga sudah mewabah ke anggota DPR seperti Roy Suryo yang sudah memboyong dua unit mobil. [Harian Rakyat Merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar