VIVAnews - Sebuah mobil
berwarna silver baru saja tiba di depan halaman rumah Aminah. Raut muka
Aminah dan suaminya, Matyuti, tampak sedih. Sesekali tangan Aminah
mengelap air matanya, begitu juga suaminya.
Betapa tidak. Mereka
telah lama menunggu kedatangan jenazah anaknya, Darwin. Putra yang
berumur 27 tahun itu dikabarkan telah meninggal sejak 26 November silam.
Dia meninggal dunia di Malaysia. Akan tetapi, kabar kepulangan jenazah
selalu tak pasti. Itulah yang menyebabkan kedua orang tua Darwin semakin
khawatir.
Darwin merupakan TKI asal Kota Pontianak, Provinsi
Kalimantan Barat. Menurut sang ibu, Aminah, ia bekerja di kafe wilayah
Miri, Malaysia sejak tahun 2013. Selama bekerja di Malaysia, kata
Aminah, anaknya bekerja dengan baik. Darwin merupakan tulang punggung
keluarga.
“Sebelas hari baru tiba jenazah anaknya saya ini. Sudah
lega tapi saya ingin tahu penyebab kematiannya. Makanya saya minta
divisum di Dokes Polda Kalbar. Visumnya baru keluar dua hari lagi,”
tutur Aminah, saat di temui di rumahnya di Jalan Selat Sumba I, Gang
Baru I, RT 002 RW 019 No.45, Kelurahan Siantan Tengah, Kecamatan
Pontianak Utara, Kota Pontianak.
“Karena informasinya jatuh dari
rumah lantai 3 tapi kok, hanya memar di mata biru. Kaki tangan kanan
patah. Kabarnya kepalanya pecah,” lanjutnya.
Aminah berharap
pemerintah memperhatikan kasus yang menimpa anak saya ini. Selama ini,
kata Aminah, ada kesimpangsiuran informasi terkait saudaranya di
Malaysia. Aminah menuturkan, berbagai kejanggalan atas kematian anaknya
itu.
Paman Darwin, Aliansyah, mengaku, selama ini keponakannya
berperilaku baik. Ia menilai, ada kejanggalan dengan kematian
keponakannya itu.
“Saya menilai ada kejanggalan pada jenasah
Darwin. Ini kematiannya tidak wajar. Tapi, kami tidak tahu masalahnya
apa. Ini dikabarinya sudah meninggal. Yang pas koma selama 6 hari tidak
dikabari oleh istrinya. Itulah yang membuat kejanggalan. Ini macam
binatang saja dibuatnya. Kita mengharapkan ada keadilan,” pintanya.
Bapak
kandung Darwin, Matyuti, belum mengetahui secara pasti kapan hasil
visum anaknya diberikan kepada keuarga. “Belum ada keluar hasil
visumnya. Kabarnya hasil visum diberikan ke pihak kepolisian. Mungkin
satu mingguan hasil keluar visumnya,” kata Matyuti, terlihat kebingungan
dan kedukaan mendalam.
"Logikanya kalau jatuh dari lantai 3, ya
mati langsung. Kok bisa koma 6 hari di RS Miri, Malaysia, ini kan aneh.
Kabar awalnya, dari istrinya mengabarkan sudah meninggal. Kepalanya
masuk dalam AC, lalu koma selama 6 hari di RS di Mirri, Malaysia. Dia ke
sana kan kerja untuk biaya keluarga. Dia tulang punggung keluarga,”
jelas adik kandung Darwin, Ruyani.
Istri Darwin, Farida Pratiwi
biasa dipanggil Tiwi, mengatakan, polisi Malayia memberitahu tentang
keberadaan Darwin sudah dalam keadaan meninggal. “Saya tahunya sudah
meninggal. Jadi, pas dia koma selama 6 hari, saya tidak tahu,” kata
Tiwi.
“Saya merasa merasa ada suatu kejanggalan pada kematian
suami saya. Saya tak percaya suami saya jatuh dari lantai 3 gedung. Saya
minta ini diusut agar penyebab kematian suami saya diketahui jelas,”
kata Tiwi.
Demikian dengan Haryadi, sepupu Darwin. Ia melihat surat-surat penghantar dari rumah sakit hanya satu lembar.
"Itu yang membuat kita curiga, ada permainan,” kata Haryadi.
Haryadi
mengatakan, ketika ia mencari tahu informasi keberadaan Darwin di
Malaysia, selalu ditutupi. Bahkan untuk meminta nomor kontak bos Darwin
pun tidak diberi.
"Uang peti Rp5 juta ternyata hanya papan
begini. Sebelumnya kami cek ke rumah sakit Mirri, tidak ada atas nama
Darwin. Diduga korban ini dipukul atau dibunuh. KJRI bilang, dia diduga
melakukan pencurian di Mirri. Malaysia,” tambah Haryadi.
Haryadi
mengaku, merasa kesal atas tingkah laku keluarga di Malaysia. “Kita
merasa kesal dengan pihak keluarganya di Malaysia. Mayatnya tak ada yang
jaga di Mirri, Malaysia. Kami sudah melakukan kontak dengan pihak rumah
sakit. Yang saya heran, mereka tidak memberikan informasi yang jelas di
Malaysia. Sampai saya telepon ke teman-teman saya di Malaysia,” kata
Haryadi.
Pantauan VIVAnews, memang tidak ada pihak terkait yang
mendampingi jenasah Darwin dari Malaysia saat tiba di rumah duka. Di
dalam mobil hanya terlihat istri Darwin. Di rumah duka, hanya ada dua
anggota kepolisian setempat berpakaian preman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar