BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Minggu, 07 Desember 2014

TKI Tewas di Malaysia, Keluarga Anggap Ada yang Aneh

VIVAnews - Sebuah mobil berwarna silver baru saja tiba di depan halaman rumah Aminah. Raut muka Aminah dan suaminya, Matyuti, tampak sedih. Sesekali tangan Aminah mengelap air matanya, begitu juga suaminya.

Betapa tidak. Mereka telah lama menunggu kedatangan jenazah anaknya, Darwin. Putra yang berumur 27 tahun itu dikabarkan telah meninggal sejak 26 November silam. Dia meninggal dunia di Malaysia. Akan tetapi, kabar kepulangan jenazah selalu tak pasti. Itulah yang menyebabkan kedua orang tua Darwin semakin khawatir.

Darwin merupakan TKI asal Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Menurut sang ibu, Aminah, ia bekerja di kafe wilayah Miri, Malaysia sejak tahun 2013. Selama bekerja di Malaysia, kata Aminah, anaknya bekerja dengan baik. Darwin merupakan tulang punggung keluarga.

“Sebelas hari baru tiba jenazah anaknya saya ini. Sudah lega tapi saya ingin tahu penyebab kematiannya. Makanya saya minta divisum di Dokes Polda Kalbar. Visumnya baru keluar dua hari lagi,” tutur Aminah, saat di temui  di rumahnya di Jalan Selat Sumba I, Gang Baru I,  RT 002 RW 019 No.45, Kelurahan Siantan Tengah, Kecamatan Pontianak Utara, Kota Pontianak.

“Karena informasinya jatuh dari rumah lantai 3 tapi kok, hanya memar di mata biru. Kaki tangan kanan patah. Kabarnya kepalanya pecah,” lanjutnya.

Aminah berharap pemerintah memperhatikan kasus yang menimpa anak saya ini. Selama ini, kata Aminah, ada kesimpangsiuran informasi terkait saudaranya di Malaysia. Aminah menuturkan, berbagai kejanggalan atas kematian anaknya itu.

Paman Darwin, Aliansyah, mengaku, selama ini keponakannya berperilaku baik. Ia menilai, ada kejanggalan dengan kematian keponakannya itu.

“Saya menilai ada kejanggalan pada jenasah Darwin. Ini kematiannya tidak wajar. Tapi, kami tidak tahu masalahnya apa. Ini dikabarinya sudah meninggal. Yang pas koma selama 6 hari tidak dikabari oleh istrinya. Itulah yang membuat kejanggalan. Ini macam binatang saja dibuatnya. Kita mengharapkan ada keadilan,” pintanya.

Bapak kandung Darwin, Matyuti, belum mengetahui secara pasti kapan hasil visum anaknya diberikan kepada keuarga. “Belum ada keluar hasil visumnya. Kabarnya hasil visum diberikan ke pihak kepolisian. Mungkin satu mingguan hasil keluar visumnya,” kata Matyuti, terlihat kebingungan dan kedukaan mendalam.

"Logikanya kalau jatuh dari lantai 3, ya mati langsung. Kok bisa koma 6 hari di RS Miri, Malaysia, ini kan aneh. Kabar awalnya, dari istrinya mengabarkan sudah meninggal. Kepalanya masuk dalam AC, lalu koma selama 6 hari di RS di Mirri, Malaysia. Dia ke sana kan kerja untuk biaya keluarga. Dia tulang punggung keluarga,” jelas adik kandung Darwin, Ruyani.

Istri Darwin, Farida Pratiwi biasa dipanggil Tiwi, mengatakan, polisi Malayia memberitahu tentang keberadaan Darwin sudah dalam keadaan meninggal. “Saya tahunya sudah meninggal. Jadi, pas dia koma selama 6 hari, saya tidak tahu,” kata Tiwi.

“Saya merasa merasa ada suatu kejanggalan pada kematian suami saya. Saya tak percaya suami saya jatuh dari lantai 3 gedung. Saya minta ini diusut agar penyebab kematian suami saya diketahui jelas,” kata Tiwi.

Demikian dengan Haryadi, sepupu Darwin. Ia melihat surat-surat penghantar dari rumah sakit hanya satu lembar.

"Itu yang membuat kita curiga, ada permainan,” kata Haryadi.

Haryadi mengatakan, ketika ia mencari tahu informasi keberadaan Darwin di Malaysia, selalu ditutupi. Bahkan untuk meminta nomor kontak bos Darwin pun tidak diberi.

"Uang peti Rp5 juta ternyata hanya papan begini. Sebelumnya kami cek ke rumah sakit Mirri, tidak ada atas nama Darwin. Diduga korban ini dipukul atau dibunuh. KJRI bilang, dia diduga melakukan pencurian di Mirri. Malaysia,” tambah Haryadi.

Haryadi mengaku, merasa kesal atas tingkah laku keluarga di Malaysia. “Kita merasa kesal dengan pihak keluarganya di Malaysia. Mayatnya tak ada yang jaga di Mirri, Malaysia. Kami sudah melakukan kontak dengan pihak rumah sakit. Yang saya heran, mereka tidak memberikan informasi yang jelas di Malaysia. Sampai saya telepon ke teman-teman saya di Malaysia,” kata Haryadi.

Pantauan VIVAnews, memang tidak ada pihak terkait yang mendampingi jenasah Darwin dari Malaysia saat tiba di rumah duka. Di dalam mobil hanya terlihat istri Darwin. Di rumah duka, hanya ada dua anggota kepolisian setempat berpakaian preman.

Tidak ada komentar: