RMOL. Kekerasan yang marak
terjadi belakangan ini, bahkan dengan mempertontonkan kesadisan di depan
umum, sudah lebih dari meresahkan dan membuat masyarakat tidak nyaman
lagi.
"Masyarakat bertanya-tanya, dimana polisi sebagai aparatur
keamanan, masihkah polisi bisa diharap? Wibawa polisi jadi pertaruhan,"
kata anggota Komisi III DPR, Didi Irawady Syamsuddin, kepada Rakyat Merdeka Online, Sabtu (25/2).
Premanisme
dalam bentuk apapun, baik oleh kelompok pemuda tertentu atau yang
mengatasnamakan keyakinan agama tidak diperkenankan di dalam suatu
negara demokrasi.
"Premanisme dalam bentuk apapun harus dibasmi.
Premanisme telah mematikan persaingan cara sehat sehingga menyuburkan
kultur kekerasan," imbuhnya.
Oleh karenanya, Didi menuntut aparat
keamanan lebih aktif mengantisipasi kekerasan. Namun, dia tidak
membantah dugaan ada oknum aparat yang bekerja sama dengan preman.
"Sudah
rahasia umum preman-preman selama ini sukar ditindak karena sebagian
dari mereka membina jaringan dengan penegak hukum. Mereka harus ditindak
tegas," ungkapnya.
Didi berharap polisi sigap dan tegas terhadap
kelompok preman karena kultur premanisme juga berkembang akibat tidak
efektifnya hukum untuk menyelesaikan berbagai masalah.
"Ayo polisi kembalikan wibawamu dan kepercayaanmu di hadapan publik. Negara tidak boleh kalah," serunya.[ald]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar