Jakarta (ANTARA
News) - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafi`i Maarif mengatakan
hukum yang tegak mampu mengikis radikalisme agama.
"Kalau aparat menjalankan (menegakkan hukum) dengan benar, radikalisme tidak jalan," katanya di Jakarta, Selasa.
Menurut
dia, seringkali hukum dipermainkan oleh aparat penegak hukum, sehingga
radikalisme agama menemukan alasan untuk berjalan.
"Ini kalau
masalah nahi mungkar (mencegah perbuatan buruk) aparat bergerak ini
tidak akan berlanjut. Seringkali ada ungkapan maling dengan aparatnya
sudah bersahabat, ya ini susah," katanya.
Ia mencontohkan,
banyaknya peredaran narkotika di masyarakat. Bahkan dikonsumsi oleh para
pilot yang menerbangkan pesawat. Hal ini akan menjadikan alasan moral
bagi gerakan radikalisme agama.
Selain itu, ia menengarai hal ini
juga merupakan akibat dari kurangnya lapangan kerja yang tersedia. "Ini
masalah lapangan kerja yang terbatas, sehingga politik dan kekerasan
menjadi mata pencaharian," katanya.
Ketua PP Muhammadiyah Haedar
Nashir mengatakan, bahwa gerakan radikalisme agama yang melakukan
kekerasan itu merupakan minoritas. Mayoritas arus utama gerakan agama di
Indonesia adalah moderat. Namun demikian, meski minoritas, gerakan ini
memang lebih vokal dan radikal dalam menyampaikan aspirasinya.
Untuk
mengikis pertumbuhan gerakan ini, menurut dia, kemampuan masyarakat
dalam membentuk jaringan untuk menolaknya perlu ditingkatkan.
"Seringkali
perlawanan ini tidak menjadi jaringan yang luas, akhirnya kelompok
berlabel agama dengan kekerasan kemudian merasa menjadi kuat dan
bereproduksi (mengembangkan diri)," katanya.
(T.M041/Z003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar