Jakarta (ANTARA
News) - Direktur Utama Perum Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA Ahmad
Mukhlis Yusuf pada Kamis menyatakan media bukanlah tempat untuk
pengenalan unsur politik tertentu.
"Jika `branding` politik pada media terjadi maka pengelola
perusahaan mempertaruhkan reputasi medianya," kata Mukhlis seusai
peluncuran Buku "Brandmate: Mengubah Just Friends menjadi Soulmates" di
Jakarta.
Menurut dia jika "branding" politik di media terus dilakukan baik
dalam jangka menengah dan panjang maka ditakutkan pelanggan bisa menilai
negatif citra media tersebut.
Mukhlis menjelaskan dengan melakukan hal itu maka dikhawatirkan dapat mempertaruhkan masa depan perusahaan.
"Pers telah menjadi industri, jika hal itu menjadi industri yang
memiliki identitas akan jadi lebih baik, namun jika industri tanpa
identitas seperti dipolitisasi maka hal itu harus dipisahkan," jelas
Mukhlis.
Hal itu ditakutkan karena media dapat menjadi tidak berimbang dalam
pemberitaannya dan konsumen dikhawatirkan memiliki citra negatif pada
media.
Sementara itu Konsultan Merek dan Etnografer Amalia E. Maulana
mengatakan "branding" unsur politik atau tidak yang bisa merasakannya
hanyalah pemangku kepentingan seperti pelanggan dan mitra perusahaan.
"Apakah itu terasa atau tidak, jika tidak maka tidak masalah.
Sedangkan yang bisa menentukan bukan perusahaan media itu, harus ada
riset apakah pelanggan terganggu dengan hal itu," jelas Amalia.
Hal itu menurut Amalia kembali kepada konsumen media sendiri, apakah
merasa masih cocok dengan media tersebut atau tidak karena semuanya
berdasarkan penilaian eksternal.
Namun Amalia menegaskan jika kebutuhan masyarakat atau penilaian
konsumen media berubah maka perusahaan juga harus melihat kepada
kebutuhan pelanggan agar tetap bisa menjaga kesetiaan mereka terhadap
produk perusahaan.
(T.B019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar