Jakarta (ANTARA
News) - Imam Masjid Pusat Kegiatan Islam ("Islamic Centre") New York,
AS, Shamsi Ali mengimbau ormas Front Pembela Islam (FPI) untuk melakukan
dakwah dengan jalan damai.
Pernyataan itu ia sampaikan untuk
menanggapi fenomena Indonesia Tanpa FPI, tantangan terhadap salah satu
ormas Islam di Indonesia yang saat ini menjadi buah bibir banyak
kalangan, terutama di media jejaring sosial.
"Saya menghimbau
agar teman-teman di FPI introspeksi diri. Apakah jalan yang mereka
tempuh sesuai dengan etika Islam atau tidak," kata Shamsi kepada ANTARA
di Jakarta, Selasa malam (21/2).
Menurut dia, adanya ormas-ormas Islam tetap diperlukan untuk mewadahi aspirasi yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan.
"FPI
ada karena adanya dorongan masyarakat untuk meredam
kemungkaran-kemungkaran yang terjadi. Namun, saya tidak setuju jika
untuk meredam kemungkaran dilakukan dengan cara yang mungkar pula, yang
tidak sesuai dengan etika Islam," katanya.
Shamsi juga
berpendapat bahwa pembubaran FPI tidak menyelesaikan masalah karena
publik yang mendukungnya tetap ada karena merasa aspirasi mereka
terwakili oleh ormas tersebut.
"Saya benar-benar menghimbau
kepada FPI untuk merenungkan apakah cara yang mereka gunakan itu sesuai
dengan nilai-nilai yang diperjuangkan karena selamanya Islam itu membawa
pesan damai, bukan kekerasan," katanya.
Ia menjelaskan dalam
Alquran, setiap ada kata jihad selalu diiringi dengan kata
"fisabilillah" atau "terkait dengan jalan Allah" yang merupakan jalan
kebenaran dan kebaikan sehingga jangan sampai niat yang baik ditempuh
dengan cara-cara yang melenceng dari jalan itu.
"Jika kita
melihat pada sejarah perjuangan Nabi Muhammad, beliau selalu melakukan
dakwah secara persuasif melalui jalan yang damai," kata Shamsi.
Imam
Shamsi Ali datang ke Indonesia bersama rombongan yang terdiri atas 13
pemuka agama-agama di AS, untuk menyampaikan pesan perdamaian bahwa
agama bukan merupakan sumber konflik, namun sumber harmoni manusia di
dunia.
Pemuka-pemuka agama tersebut mewakili tiga elemen komunitas, yakni Yahudi, Kristen (Katolik dan Protestan) dan Islam.
Rombongan
tersebut tiba di Jakarta pada Selasa (21/2) dan telah mengunjungi
Pesantren Darun Najah di Jakarta Pusat. Pada Rabu (22/2), mereka
dijadwalkan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk
menyampaikan misi yang mereka bawa.
Setelah mengunjungi Jakarta,
rombongan antarkepercayaan itu akan melanjutkan membawa misinya ke
Yordania untuk menemui Raja Abdullah II dan Yerusalem untuk menemui
Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas dan Tokoh Israel Simon Perez.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar