RMOL. Alibi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) seiring
dengan merangkak naiknya harga minyak mentah dunia pada harga 120 dolar
per barel sedang dalam APBN asumsi harga minyak mentah hanya 90 dolar
per barel dimaklumi banyak kalangan.
Karena bila harga BBM tak dinaikkan, APBN bisa collaps dan program pembangunan akan terhambat.
Demikian disampaikan ekonom muda Dahnil Anzar Simanjuntak kepada Rakyat Merdeka Online (Minggu, 26/2).
Namun, dia mengingatkan, alibi bahwa pembangunan akan terhambat
gara-gara subsidi BBM yang terlalu memberatkan APBN harus diluruskan.
Menurutnya, subsidi tetap penting untuk menjaga stabilitas ekonomi
Indonesia, yaitu mengendalikan inflasi yang didorong oleh administered
price.
"Di sisi lain yang perlu diperhatikan ketika BBM dinaikkan dan beban
APBN karena subsidi telah berkurang adalah permasalah tingkat penyerapan
dan efisiensi serta efektivitas APBN yang selama ini menjadi masalah
bagi percepatan pembangunan Indonesia," imbuhnya.
Tingkat penyerapan APBN yang rendah serta efisiensi dan efektivitas
yang buruk menyebabkan kontribusi APBN terhadap pembangunan ekonomi
indonesia kecil, sambung pengajar ekonomi di Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, Serang Banten ini.
"Belum lagi ditambah dengan praktek koruptif dan manipulatif,
semakin memperkecil peran APBN bagi pembangunan ekonomi untuk
kesejahteraan rakyat," tandas pengurus Asosiasi Petani Kelapa Sawit
Indonesia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar