INILAH.COM, Jakarta - Banjir yang melanda Ibukota Jakarta secara
bersamaan menjadi ujian pertama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.
Bagaimana kepemimpinan Jokowi dalam tangani banjir Jakarta?
Sejak
banjir yang melanda Ibukota Jakarta pada 22 Desember 2012 lalu hingga
banjir pada saat ini, kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo
benar-benar diuji.
Dalam akun twitter @jokowi_do2, Gubernur DKI
Jakarta ini menulis "Kurangi instruksi, banyak mendelegasi, kurangi
perintah, perbanyak berkomunikasi" demikian kicauan Joko Widodo yang
menjadi kutipan favorit banyak orang ini. Bagaimana dalam kenyataan
praktik lapangan, khususnya saat menangani banjir di Jakarta?
Jokowi
dalam bingkai pemberitaan media melakukan banyak hal khususnya saat
merespons banjir Jakarta. mulai terjun langsung di gorong-gorong di
sekitar bundaran Hotel Indonesia (HI), menkomandoi rehabilitasi tanggul
di Jalan Latuharihary, memantau langsung evakuasi korban di Plaza UOB,
terjun langsung ke lokasi banjir dan pengungsi hampir di seluruh daerah
banjir di Jakarta. Apakah itu cukup?
Pengamat birokrasi dari
Universitas Indonesia (UI) Roy V Salomo menilai kepemimpinan Jokowi
sebagai individu cukup bagus. "Tetapi kepemimpiann Jokowi yang
menggerakkan sistem belum kelihatan. Seorang pemimpin tidak boleh one man show tapi dia harus mampu menggerakkan sistem," kata Roy saat dihubungi INILAH.COM di Jakarta, Minggu (20/1/2013).
Dalam
manajemen pemerintahan, kata Roy, seorang pemimpin harus mampu
menggerakkan sistem, sumber daya manusia dan mengubah cara pandang
dengan tujuan agar supaya semua bergerak secara harmoni untuk mencapai
tujuan bersama. "Ini yang belum kita lihat pada Jokowi, mungkin karena
waktu yang terlalu pendek dan kemungkinan juga Jokowi terlalu dominan,"
imbuh Ketua Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI ini.
Menurut
dia, langkah Jokowi langsung turun ke lapangan memang bagus, hanya saja
jika semua ditangani Jokowi dampaknya tidak bagus. "Yang pasti Jokowi
akan kelimpungan. Pertanyaannya, yang lain ngapain saja," cetus Roy.
Khusus
di Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta, Roy menilai persoalan birokrasi
harus segera dibenahi. Menurut dia, birokrasi DKI Jakarta masih korup,
lamban, SDMnya banyak dan anggarannya berlimpah. Untuk urusan banjir ini
seharusnya dapat diatasi 10-15 tahun lalu, tapi tidak ada gerakan
signifikan. "Kita kasih waktu Jokowi untuk membenahi birokrasi. Sampai
saat ini belum kelihatan reformasi birokrasi. Gerakan Jokwoi-Ahok
terasa, tetapi mindset, sistem dan budaya birokrasi belum berubah," keluh Roy.
Anggota
Komisi II DPR RI dari FPKB Abdul Malik Haramain juga menilai dalam
merespons banjir Jakarta, Jokowi lebih aktif. "Aksi Jokowi tanpa
dibarengi dengan kekompakan birokrasi di Pemprov DKI Jakarta," nilai
Malik.
Setali tiga uang, menurut anggota Komisi VIII DPR RI dari
Frkasi PKS Hidayat Nurwahid menilai tidak terlihatnya langkah konkret
Pemprov DKI Jakarta dalam merespons banjir dalam tanggap darurat ini.
"Yang saya saksikan di lapangan, memang tidak terlihat langkah-langkah
konkret Pemprov DKI dalam masa tanggap darurat ini," kritik Hidayat.
Sementara
Gubernur Jokowi pada Minggu (20/1/2013) mengumpulkan seluruh pimpinan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) DKI Jakarta di Balai Kota untuk
melakukan koordinasi penanganan banjir yang masih melanda beberapa
wilayah di ibu kota. "Sengaja saya kumpulkan semua SKPD hari ini karena
kami harus berkoordinasi, sehingga semua bisa tertangani dengan cepat,"
kata Jokowi.
Apakah Jokowi dalam menangani banjir di Jakarta ini
telah mengurangi instruksi, memperbanyak pendelegasian, mengurangi
perintah, dan memperbanyak komunikasi, sebagaimana yang ia tulis di akun
twitternya itu? Silakan publik yang menilai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar