Ray Jordan - detikNews
Jakarta - Belasan anggota DPRD DKI akan melakukan
kunjungan kerja ke luar negeri untuk studi banding program kerja
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi). Namun tak semua anggota DPRD
DKI mendukung penuh rencana tersebut.
Anggota DPRD DKI Fraksi
PDIP Boy Sadikin mempertanyakan anggaran perjalanan dinas tersebut.
Informasi yang ia terima, kunjungan para legislator Kebon Sirih itu
untuk mempelajari empat program Jokowi, yaitu Giant Sea Wall, Deep
Tunnel, MRT dan Monorel. Namun belakangan diketahui, kunjungan tersebut
merupakan kunjungan balasan dari sister's city Jakarta.
"Ini kan
katanya kunjungan untuk mempelajari program Pak Jokowi, tapi kok yang
saya dengar malah kunjungan balasan yang sister's city itu. Ini gimana?
Harus jujur dong. Jangan diada-adakan, jangan dipelintir-pelintir. Harus
jelas, harus terbuka," ujar Boy saat berbincang dengan detikcom, Senin
(3/6/2013).
Boy mengatakan, jika tidak terlalu penting, sebaiknya
kunjungan ke beberapa kota di luar negeri tersebut dibatalkan saja.
Terlebih Boy menilai belum adanya keterbukaan penuh terkait rencana
tersebut.
"Kalau memang salah, tidak jelas, ya dibatalkan saja. Jangan diada-adakan. Apalagi ini menjadi sorotan masyarakat," kata Boy.
Anak
mantan Gubernur DKI, Ali Sadikin ini juga mempertanyakan biaya
perjalanan dinas tersebut. Menurutnya, jika memang untuk mempelajari
program Jokowi, berarti perjalanan tersebut belum masuk dalam anggaran
APBD DKI 2013.
"Setahu saya ini tiba-tiba. Anggarannya dari mana?
Sudah dianggarkan belum? Kalau memang untuk sister's city ya dipakai
untuk itu, jangan untuk studi banding program Pak Jokowi. Itu beda
anggarannya," kata Boy.
Legislator Kebon Sirih akan melakukan
studi banding terkait empat program unggulan Jokowi. Negara yang
dikunjungi di antaranya adalah Belanda, China dan Malaysia. Forum
Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) menyebut kunker tersebut
menghabiskan anggaran Rp 1,8 miliar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar