Pewarta: Ade Irma Junida
Jakarta (ANTARA News) - Tim Pemasaran Investasi Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) mencatat sejumlah calon investor Tiongkok dan
Taiwan melirik potensi investasi di Provinsi Jawa Tengah, khususnya
industri padat karya.
"Ketersediaan lahan yang luas, sumber tenaga kerja terampil dan
besaran upah yang kompetitif menjadi daya tarik Provinsi Jawa Tengah
saat ini sehingga cocok untuk pengembangan industri padat karya (labour
intensive)," kata Kepala BKPM Franky Sibarani dalam keterangan tertulis
yang diterima di Jakarta, Selasa.
Guna memanfaatkan peluang tersebut, maka BKPM dan Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah sepakat untuk membangun sinergi guna meningkatkan
realisasi investasi sektor industri padat karya.
Salah satu bentuk implementasi kesepakatan tersebut, adalah
memaksimalkan koordinasi agar para calon investor potensial dapat
merealisasikan minatnya untuk berinvestasi di Jawa Tengah.
"Baik fasilitasi promosi investasi, pengurusan perizinan di
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat sampai dengan pemberian
fasilitas insentif akan didukung oleh BKPM," ujarnya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan daerahnya siap menerima investasi sektor padat karya.
Terlebih, Pemprov Jawa Tengah saat ini sudah melaksanakan program
kerja sama pembinaan dan pelatihan antara sekolah menengah kejuruan
(SMK) dengan perusahaan industri di daerah sekitar.
Dia menilai program tersebut cukup efektif dalam rangka
menghasilkan tenaga kerja terampil, sekaligus efisiensi bagi perusahaan
karena siswa dapat langsung bekerja di perusahaan pembina.
Ganjar menambahkan, ketersediaan tenaga kerja terampil di Jateng
sebenarnya cukup, karena jumlah SMK di wilayah tersebut tercatat paling
banyak dibandingkan dengan provinsi lain di seluruh Indonesia.
"Hanya saja, Jawa Tengah berpotensi mengalami krisis listrik pada
2017 mendatang, sehingga pembangunan pembangkit listrik baru mutlak
diperlukan," ujarnya.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah selalu berupaya mendorong
pengembangan potensi wilayahnya, baik dari aspek infrastruktur,
transportasi dan kawasan industri.
"Sayangnya proyek pembangunan PLTU Batang terus menerus mengalami
penundaan karena kendala pembebasan lahan milik masyarakat setempat,"
katanya.
Berdasarkan data BKPM, meski terjadi peningkatan nilai realisasi
investasi yang pesat selama periode lima tahun terakhir, namun total
nilai realisasi investasi Provinsi Jawa Tengah pada 2014 hanya mencapai
80,5 persen dari target yang diharapkan atau sebesar Rp18,6 triliun.
Sedangkan pada 2015, Jawa Tengah ditargetkan dapat menyerap
investasi senilai Rp27,7 triliun, di luar sektor perbankan dan hulu
pertambangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar