BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Senin, 25 April 2011

Demokrat Dorong KPK Periksa Andi

Jpnn

JAKARTA - Partai Demokrat sangat mendukung upaya KPK menuntaskan kasus penyuapan terhadap Sekretaris Menpora Wafid Muharam. Bahkan, partai berlambang mercy itu mendorong KPK segera memeriksa Menpora Andi Mallarangeng yang merupakan kader Partai Demokrat.


"Dia memang orang yang paling bertanggung jawab dalam kasus ini. Sebagai menteri, dia adalah pemegang KPA (kuasa pemegang anggaran, Red). Jadi, sebaiknya juga harus diperiksa," kata fungsionaris DPP Demokrat Achsanul Qosasi kemarin (24/4).

Dia mengatakan, pemeriksaan terhadap Andi perlu dilakukan agar tidak muncul prasangka-prasangka negatif dari masyarakat. Jadi, kata dia, harus segera dibuktikan apakah Andi sebagai penanggung jawab proyek tersebut terlibat atau tidak.

Kalaupun nanti KPK menemukan bukti-bukti yang menunjukkan Andi bersalah, Achsanul mengharapkan lembaga antikorupsi tersebut tidak ragu-ragu menindak. "Meskipun Andi adalah kader kami, kami tidak akan menghalang-halangi upaya yang dilakukan KPK. Silakan saja, kami justru akan mendukung," lanjutnya.

Dia juga mengaku kaget saat mendengar kabar bahwa Wafid ditangkap KPK. Pria yang juga menjabat bendahara PSSI itu mengatakan bahwa dirinya begitu dekat dengan sosok Wafid. "Setahu saya, dia sangat sederhana. Tapi, bagaimana juga kasus ini harus dituntaskan dengan jalur hukum," ucapnya.

Di bagian lain, KPK belum juga menjelaskan kepada publik apa sebenarnya motif penyuapan yang dilakukan Mohammad El Idris kepada Wafid melalui perantara Mirdo Rosalina Manulang. Berdasar informasi yang dihimpun Jawa Pos, tiga lembar cek senilai Rp 3,2 miliar tersebut diberikan sebagai bentuk tanda terimakasih dari pihak kontraktor pelaksana proyek pembangunan Wisma Atlet Palembang kepada Wafid.

Sumber Jawa Pos di kalangan Kemenpora mengatakan bahwa sebenarnya cek yang diberikan kepada Wafid belum bisa dicarikan. Sebab, rekening cek tersebut baru terisi pada 29 April nanti. Dia lalu menceritakan kronologi pertemuan antara Idris dan Wafid. Awalnya, pada Kamis pagi (21/4), Rosalina menghubungi Wafid dan meminta bertemu untuk membahas proyek SEA Games. Wafid pun menyanggupi.

Nah, sore harinya Rosalina datang ke kantor Wafid di lantai 3 Kemenpora, Jalan Gerbang Pemuda No 3, Senayan, Jakarta. Ternyata Rosalina tidak sendiri. Dia datang bersama seorang pria bernama Idris. Setelah masuk ke ruangan Wafid, mereka terlibat perbincangan. Beberapa saat kemudian Idris mengeluarkan sebuah map yang ternyata berisi tiga lembar cek tersebut. "Silakan Bapak gunakan untuk keperluan Bapak," kata sumber tersebut menirukan kata-kata Idris.

Tidak berselang lama setelah penyerahan, tim penyidik KPK masuk ke ruangan Wafid untuk menangkap tiga orang tersebut. Setelah memeriksa mereka, penyidik KPK menggiring tiga orang itu untuk diperiksa di gedung KPK.

Mantan Menpora Adhyaksa Dault juga sangat kaget mendengar penangkapan mantan anak buahnya itu. Menurut Adhyaksa, Wafid merupakan orang yang sederhana dan kuat agamanya. "Saya benar-benar tidak percaya bahwa Pak Wafid menerima suap," ucapnya kepada Jawa Pos kemarin.

Adhyaksa mengatakan, Sabtu lalu (23/4) dirinya menjenguk Wafid di Rutan Kelas I Cipinang. Wafid kepada Adhyaksa mengatakan tidak mengenal sosok Idrus. Yang diketahui Wafid, Idrus hanyalah seorang kurir yang ditugaskan PT Duta Graha Indah (DGI) Tbk untuk mengantarkan cek tersebut.

Sebagaimana diketahui, PT DGI adalah rekanan Kemenpora dalam proyek pembangunan Wisma Atlet Palembang. Sedangkan sosok Rosalina adalah broker yang menghubungkan kontraktor dengan Kemenpora. 

Yang jelas, kata Adhyaksa, dirinya akan mengajukan diri sebagai pengacara Wafid. Meski sudah jarang berhubungan dengan dunia peradilan, pria yang mengaku memiliki surat izin beperkara sebagai advokat itu menyatakan bakal berjuang maksimal untuk membela Wafid. "Ke depan saya akan kembali menemui Pak Wafid untuk membahas hal ini (penyerahan kuasa hukum)," tutur dia. (kuh/c4/nw)

Tidak ada komentar: