INILAH.COM, Jakarta - Ketua DPP PDIP Arief Budimanta menilai status siaga satu untuk keamanan Indonesia terkait dengan adanya teror terlalu berlebihan.
"Siaga satu wajar, walaupun itu respon berlebihan," ujar kata Arif usai diskusi di Institut Hijau Indonesia, Perdatam, Pancoran, Jakarta, Jumat (22/4/2011).
Menurut Arief, soal kesiagaan dari aparatur pemerintah harusnya dilaksanakan bukan hanya saat hari-hari besar keagamaan seperti, Paskah, Natal ataupun hari raya Idul Fitri.
"Kesiagaan dari aparatur pemerintah untuk menjamin bagi setiap umat beragama tidak berlangsung pada hari-hari besar keagamaan, tapi harus kehidupan sehari-sehari," tegasnya.
Sebelumnya, mengantisipasi teror menjelang perayaan hari raya Paskah, pemerintah memberlakukan status situasi keamanan siaga satu.
Status siaga satu tersebut ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai menggelar rapat terbatas membahas keamanan di kantornya, Kamis (21/4/2011). Status itu diberlakukan untuk menangkal gangguan keamanan selama perayaan Paskah.
Rapat tersebut digelar mendadak setelah polisi menemukan sebuah bom di desa Cihuni, Serpong, Tangerang Selatan dan menangkap enam orang terduga teroris terkait bom buku di Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Sebagaimana diungkap Menkopolhukam Djoko Sujanto, Presiden memutuskan status siaga satu setelah menerima laporan dari Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kapolri Jenderal (Pol) Timur Pradopo, Tiga Kepala Staf TNI dan Kapolda Metro Jaya Irjen (Pol) Sutarman, Panglima Kodam Jaya Mayjen Waris.
"Polisi dan TNI kini telah siaga satu, khususnya untuk nanti malam besok pagi maupun kedepan," ujar Menkopolhukam Djoko Sujanto kepada wartawan, di Kantor Presiden, Kamis (21/4/2011). [mvi]
Dapatkan berita populer pilihan Anda gratis
"Siaga satu wajar, walaupun itu respon berlebihan," ujar kata Arif usai diskusi di Institut Hijau Indonesia, Perdatam, Pancoran, Jakarta, Jumat (22/4/2011).
Menurut Arief, soal kesiagaan dari aparatur pemerintah harusnya dilaksanakan bukan hanya saat hari-hari besar keagamaan seperti, Paskah, Natal ataupun hari raya Idul Fitri.
"Kesiagaan dari aparatur pemerintah untuk menjamin bagi setiap umat beragama tidak berlangsung pada hari-hari besar keagamaan, tapi harus kehidupan sehari-sehari," tegasnya.
Sebelumnya, mengantisipasi teror menjelang perayaan hari raya Paskah, pemerintah memberlakukan status situasi keamanan siaga satu.
Status siaga satu tersebut ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai menggelar rapat terbatas membahas keamanan di kantornya, Kamis (21/4/2011). Status itu diberlakukan untuk menangkal gangguan keamanan selama perayaan Paskah.
Rapat tersebut digelar mendadak setelah polisi menemukan sebuah bom di desa Cihuni, Serpong, Tangerang Selatan dan menangkap enam orang terduga teroris terkait bom buku di Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Sebagaimana diungkap Menkopolhukam Djoko Sujanto, Presiden memutuskan status siaga satu setelah menerima laporan dari Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kapolri Jenderal (Pol) Timur Pradopo, Tiga Kepala Staf TNI dan Kapolda Metro Jaya Irjen (Pol) Sutarman, Panglima Kodam Jaya Mayjen Waris.
"Polisi dan TNI kini telah siaga satu, khususnya untuk nanti malam besok pagi maupun kedepan," ujar Menkopolhukam Djoko Sujanto kepada wartawan, di Kantor Presiden, Kamis (21/4/2011). [mvi]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar