BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Jumat, 22 Juli 2011

"Pemerintah Malaysia Masih Kekang Kebebasan"

VIVAnews - Di Malaysia, media online menjadi ujung tombak bagi publik untuk mendapatkan sekaligus memberi informasi mengenai gerakan pro demokrasi di Negeri Jiran itu. Situasi itu terkait dengan belum adanya peraturan yang spesifik mengatur media online di Malaysia.

Namun, bagi Premesh Chandran, pengelola media online tetap mendapat hambatan dari pemerintah. Media MalaysiaKini yang dia kelola pun sering tersandung kasus dengan pemerintah, karena dinilai memberi informasi yang dianggap mencemarkan nama baik. Pasal pencemaran nama baik itu menjadi alat bagi rezim yang berkuasa untuk memberangus media yang kritis, baik itu cetak, elektronik maupun online.

MalaysiaKini.com, menurut Chandran, merupakan salah satu media pelopor yang berusaha untuk bersikap independen dan menjadi alternatif dari media-media besar yang kebanyakan menyuarakan kepentingan penguasa Malaysia. Didirikan sekitar 12 tahun oleh Steven Gan, MalaysiaKini beberapa kali membuat gerah pemerintah.

Namun, hambatan itu tidak menghalangi sepak terjang MalaysiaKini.com, yang diklaim Chandran berhasil jadi media online nomor satu di Malaysia, bahkan melampaui laman-laman berita milik pemerintah.

Berikut wawancara VIVAnews dengan Premesh Chandran, Pendiri dan juga Kepala Eksekutif Korporat MalaysiaKini.com 

Bagaimana popularitas Malaysia Kini saat ini? Berapa jumlah pengunjungnya per hari?Rata-rata pembaca kurang lebih 300.000 orang per hari. Namun page view-nya mencapai 1 juta  sampai 1,5 juta orang per hari. Dibandingkan media online lainnya di Malaysia, MalaysiaKini jadi nomor satu. Mengalahkan situs-situs berita milik pemerintah.

Menurut Anda bagaimana iklim pers di Malaysia saat ini?
Pembaca berita di Malaysia semakin lama semakin beralih ke media online. Lebih dari setengah penduduk Malaysia sudah menggunakan internet. Dibandingkan media massa lainnya, online lebih populer. Mengenai iklim pers, tidak ada perubahan yang berarti. Pemerintah tetap memberlakukan hukum yang ketat, terutama pada media cetak, seperti koran dan majalah.

Bagaimana Malaysia Kini dapat tetap bertahan di tengah rezim yang membatasi pemberitaan media?Kami bisa bertahan karena pemerintah Malaysia belum memiliki peraturan yang ketat terhadap media online. Peraturan pembatasan hanya berlaku bagi media cetak.
Online bebas memberitakan, bahkan berita panas sekalipun. Namun, setelah berita dikeluarkan, pemerintah bisa menuntut pemberitaan yang dinilai tidak menyenangkan. Pemerintah biasanya menggunakan pasal penghasutan untuk mengganjal media online.

Malaysia Kini sendiri pernah beberapa kali tersandung kasus dengan pemerintah. Pemberitaan yang terdapat di situs kami dinilai mencemarkan nama baik. Tuntutan diajukan setelah mereka melakukan investigasi terhadap Malaysia Kini, barulah pasal pencemaran nama baik dikenakan kepada kami.

Apakah Malaysia Kini perlu melakukan negosiasi dan kompromi dengan pemerintah dalam pemberitaan?Kita tidak banyak melakukan negosiasi dan kompromi. Karena di Malaysia belum ada hukum yang mengatur media online, jadi Malaysia kini tidak perlu izin untuk terbit.

Banyak blogger maupun wartawan di Malaysia yang ditangkap akibat pemberitaan, apa benar?Iya, banyak blogger dan wartawan yang ditahan atas dasar pelanggaran pasal penghasutan dan pencemaran nama baik. Banyak dari mereka yang kasusnya masih berlangsung sampai saat ini. Jumlahnya saya tidak tahu persis.

Banyak bermunculan media alternatif di Malaysia, bagaimana Anda melihat fenomena ini?Lebih banyak media online yang muncul sangat bagus sebagai media pilihan alternatif bagi para pembaca di Malaysia. Seharusnya koran dan majalah harus dibebaskan dari kekangan rezim.

Pekan lalu demonstrasi di Malaysia berlangsung ricuh akibat gempuran aparat, apakah ini bentuk represi pemerintah?Iya, pemerintah sering tidak memberikan dan menentang perkumpulan rakyat. Mereka menggunakan kekuatan polisi dan yang lainnya untuk menahan rakyat untuk berkumpul. Ini sering terjadi di Malaysia, padahal perhimpunan rakyat telah diatur kebebasannya oleh konstitusi Malaysia. Tapi pemerintah tidak menghendaki hal ini.

Seberapa penting peran media sosial dalam pemberitaan di Malaysia?
Media sosial sangat penting dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Media sosial juga telah menjadi sarana menyebarkan maklumat yang cukup penting. Pada demonstrasi pekan lalu, tersebar foto, berita dan video yang memperlihatkan apa yang terjadi sebenarnya. Bila pemerintah mengatakan situasi tidak aman, rakyat beringas, maka video dan foto yang terdapat di sosial media dapat membantah itu semua.

Malaysia Kini sering dikatakan sebagai media oposisi, apa benar? Apa sebenarnya visi dari Malaysia Kini?Malaysia Kini bukanlah media yang pro oposisi maupun menentang pemerintah. Visi kita adalah menggunakan sarana internet untuk mempromosikan demokrasi, keadilan sosial dan kebebasan berekspresi. Malaysia Kini adalah media independen yang melakukan pemberitaan yang kredibel, akurat dan berimbang. Kalau rakyat Malaysia ingin tahu apa yang sebenarnya, bacalah Malaysia Kini.

Memangnya media yang lain tidak kredibel?
Media yang lain seperti Bernama, Utusan dan The Star dimiliki oleh pemerintah. Utusan itu milik UMNO (partai yang berkuasa di Malaysia). Tulisannya ya ikut kehendak pemiliknya. Salah satu tujuannya adalah demi kepentingan UMNO, mengikuti agenda UMNO. (eh)

Tidak ada komentar: