BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Rabu, 28 Desember 2011

Karyawan Merpati Tolak Pesangon Kebun Sawit

RMOL.Kinerja keuangan PT Merpati Nusantara Airlines yang berdarah-darah hampir membuat riwayat maskapai pelat merah itu tamat. Namun, nyawa Merpati batal dicabut karena muncul ide-ide segar dan optimisme manajemen plus karyawan.
Komisaris Utama PT Merpati Nusantara Airlines Said Didu yakin Merpati bisa mengudara tahun depan tanpa menanggung kerugian. Untuk itu, manajemen Merpati telah melakukan ber­bagai efisiensi demi mengurangi biaya operasional perusahaan.
“Yang pasti, target tahun depan bisa meraih laba operasional. Ta­hun 2014, kami targetkan omzet Rp 5 triliun per tahun,” jelas Said kepada Rakyat Merdeka, ke­marin.
Bahkan Said optimistis, sunti­kan dana yang disepakati peme­rintah dan DPR sebesar Rp 561 mi­liar bisa bermanfaat untuk me­ngembangkan Merpati.
Terkait target laba tahun depan, Said belum berani menyebutkan angkanya. Dia mengaku se­dang menunggu pengesahan ren­cana kerja anggaran perusahaan (RK­AP) oleh Kementerian BUMN. Meski pihaknya telah mengusul­kan angka, namun belum bisa disampaikan karena menunggu pengesahan dari BUMN.
Anggota komisi VI DPR Dodi Reza menilai, manajemen Mer­pati masih perlu mendapat duku­ngan dari pemerintah. Menurut­nya, sebagai pionir penerbangan antar pulau, Merpati harus di­be­rikan kepercayaan dalam me­nye­lesaikan masalah utangnya. Pe­nempatan manajemen Merpati harus diawasi negara dengan me­letakkan sumber daya manusia (SDM) yang cakap.
“Jangan Merpati yang ditutup. Langkah alternatifnya bisa be­rupa melakukan efisiensi dengan penghematan biaya. Pemerintah juga harus menjaga kedaulatan maskapai penerbangan lokal,” jelas Dodi kepada Rakyat Mer­deka, kemarin.
Sebelumnya, Menteri BUMN Dahlan Iskan hampir putus asa dan berniat menutup maska­pai yang selalu merugi itu. Menurut­nya, upaya restrukturi­sasi Merpa­ti telah menghabiskan energi luar biasa. Beberapa kali telah mene­rima suntikan dana, tetap saja ki­nerja keuangan Mer­pati belum menunjukkan peru­bahan.
Dahlan bahkan sempat ragu menyuntikkan dana sebesar Rp 561 miliar yang berasal dari Pe­nyer­taan Modal Negara (PNM).
“Harus ada jaminan dengan suntikan tersebut, Merpati bisa hidup dan berkembang. Tidak se­perti suntikan-suntikan uang ra­tusan miliar di masa lalu. Sudah terlalu besar negara menyuntik Merpati tapi hasilnya masih be­gitu-begitu saja,” ujar Dahlan saat rapat bersama karyawan Merpati di kantornya, Sabtu (24/12).
Saking gemasnya, bekas Di­rut PLN itu memban­dingkan pros­pek Merpati dengan perkebunan kelapa sawit. Menu­rutnya, sun­tik­an dana Rp 561 miliar lebih baik dibelikan kebun kelapa sawit, ke­mudian tiap kar­ya­wan Merpati mendapat pesa­ngon pensiun 2 hektare (ha) ke­bun sawit.
“Memiliki kebun sawit 2 hek­tare lebih memberikan masa de­pan daripada terus menjadi kar­yawan Merpati,” kata Dahlan.
Namun, saat itu mayoritas kar­yawan Merpati menolak usulan Dahlan tersebut.
“Salah Pak Dahlan! Bukan ka­mi takut menjadi petani sawit, ta­pi Merpati masih punya pe­luang besar,” kata seorang karya­wan Merpati, yang ikut rapat di Kan­tor Kementerian BUMN itu.
Saat ini, pendapatan Merpati tercatat sebesar Rp 133 miliar per bu­lan. Sementara pengeluaran­nya men­capai Rp 178 miliar per bu­lan. Berbagai upaya penghe­ma­tan telah ditempuh untuk mem­perbaiki kinerja keuangan BUMN ‘dhuafa’ ini.
Salah satunya dengan meram-pingkan manajemen Merpati. Jabatan Wakil Direktur Utama (Wadirut) Merpati sudah dihapus. Jumlah direktur juga sudah di­kurangi. Dengan langkah itu, di­harapkan manajemen Merpati bisa lebih lincah sehingga “si bu­rung besi” pun bisa terbang tinggi dan tak lagi merugi. [Harian Rakyat Merdeka]

Tidak ada komentar: