jurnalparlemen.com - detikNews
Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI Honing Sany menilai pemberitaan terkait masalah gizi buruk di NTT seringkali kurang berimbang. Menurut Honing, persoalan kesulitan pangan di NTT tidak menyebabkan orang meninggal.
“Karena itu saya akan crosschek lagi apa betul demikian atau tidak. Harus dipahami, komunikasi antara pengambil kebijakan di NTT dengan beberapa media besar tidak dibangun dengan baik. Saya akan meminta Gubernur untuk mengajak media yang memberitakan NTT secara negatif untuk on the spot ke lokasi,” ujar ; Honing ketika dihubungi Jurnalparlemen.com, Sabtu (31/12).
Honing tidak membantah validitas pemberitaan terkait gizi buruk dan kelaparan di NTT. Jika benar, ini akan menjadi masukan bagi pemerintah setempat.
Pernyataan Honing ini menanggapi berita belum lama ini tentang tewasnya seorang balita berusia empat setengah tahun di sebuah Rumah Sakit di Larantuka, Flores Timur. Selain itu ada 200 anak yang menderita gizi buruk di Desa Oebelo, Tuapukan, Naibonat dan Nolebaki di Kabupaten Kupang.
Lebih jauh ia mengatakan bahwa standar gizi orang NTT sudah sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh BPS berdasarkan jumlah asupan kalori. Persoalannya adalah pada kebijakan pemerintah pusat yang melakukan penyeragaman pola konsumsi pangan dengan cara mengabaikan sumber pangan lokal dan memaksa masyarakat untuk mengkonsumsi beras.
“Sama juga ketika pemerintah menetapkan standar bahwa orang yang rumahnya berlantai tanah termasuk dalam kategori miskin,“ contoh Honing.
Karena itu, dia berharap pemerintah melakukan diversifikasi pangan dengan mengutamakan potensi pangan lokal seperti jagung dan singkong yang sudah lama menjadi makanan pokok orang NTT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar