Jakarta, 1/1 (ANTARA News) - Budaya menanam pohon akan diperkenalkan sejak dini kepada siswa sekolah dengan memasukannya dalam kurikulum sekolah sebagai salah satu upaya mendukung upaya rehabilitasi dan konservasi hutan dan lahan.

Direktur Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kementerian Kehutanan, Billy Hindra, dalam siaran pers humas Kementerian Kehutanan yang diterima AntaraNews di Jakarta, Minggu, menyatakan bahwa budaya menanam akan disisipkan baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler.

Salah satu poin penting dalam kesepahaman antara Kementerian Kehutanan dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah mewujudkannya budaya menanam pohon dalam silabus atau mata pelajaran sekolah, hal ini sejalan dengan program penanaman satu miliar pohon.

Penandatanganan nota kesepahaman tersebut melibatkan berbagai tingkatan pendidikan, mulai dari pendidikan usia dini, sekolah dasar, sekolah menengah, hingga pendidikan tinggi.

Nota kesepahaman tersebut mulai berlaku sejak ditandatangani dan akan berlaku selama tiga tahun.

Kesepahaman dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan kedua belah pihak. Sisipan materi menanam pohon akan disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.

Nantinya siswa juga diajarkan cara menanam pohon di lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitarnya.

Menurut Billy, pihaknya akan melakukan sejumlah langkah seperti menyiapkan modul atau buku panduan menanam dan materi tentang pentingnya rehabilitasi hutan dan lahan dalam agar terjadi sinkronisasi dalam menyusun mata pelajaran.

Selain itu, Kemenhut juga akan menyediakan bibit pohon yang bisa dimanfaatkan oleh pengajar maupun peserta ajar untuk ditanam.

"Kami punya modul menanam pohon yang bisa dimanfaatkan. Ada juga program Kecil Menanam Dewasa Memanen. Nanti akan juga kami akan berikan dukungan penyuluh, yang bisa menjadi guru tamu di sekolah-sekolah," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Ditjen Pendidikan Menengah Kemendikbud, Mustaghfirin Amin, mengatakan akan segera menerapkan penyisipan budaya menanam.

Percontohan awalnya akan diterapkan pada SMA dan SMK.

"Penyisipan menanam pohon ini segera kami implementasikan, tahap awal akan kita berikan pada 1.500 SMA dan SMK percontohan. Untuk anak usia dini dengan menengah tentu beda cara penyisipannya, kemudian untuk materi pelajaran yang disisipkan juga menyesuaikan. Mungkin awalnya disisipkan dalam mata pelajaran biologi, dan ekstra kurikuler," kata Mustaghfirin.

Pada kegiatan ekstra kurikuler, budaya menanam akan diperkenalkan melalui kegiatan seperti Pramuka dan Palang Merah Remaja. Selain itu, kegiatan budaya menanam juga akan dikenalkan melalui kegiatan ko kurikuler misalnya pada majalah dinding.

Mustaghfirin mengatakan, beberapa sekolah sudah menjadi pelopor tumbuhnya budaya menanam. Diantaranya SMK 57 Jakarta, SMK 1 Bekasi, SMK 1 Sukabumi, SMK Pacet, dan SMK 2 Subang. Di SMK 57 misalnya, siswa-siswanya aktif dalam membuat lubang resapan (biopori).

Di SMK 2 Subang yang merupakan SMK Pertanian, sebanyak 4.000 siswanya sudah berinteraksi dengan petani untuk menanam pohon sepanjang tahun.