TEMPO.CO, Jakarta
- Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri mengatakan pelemahan nilai
tukar rupiah saat ini hanya bersifat sementara. Menurut dia, pelemahan
terjadi karena adanya pengaruh dari regional dan global sejak Bank
Sentral Amerika (FED/federal reserve system) berencana untuk tidak melanjutkan quantitative easing. "Orang berpikir jangan-jangan modal ke emerging market akan berkurang, dan kemudian market bereaksi," kata Chatib saat ditemui di kantor Presiden seusai membahas sosialisasi kenaikan harga BBM, Senin, 10 Juni 2013.
Chatib
membantah bahwa pelemahan nilai tukar rupiah akibat belum pastinya
rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Menurut dia, pemerintah sudah
menegaskan akan menaikkan harga BBM. "Dulu market pertanyaannya naik atau tidak harga BBM. Sekarang sudah jelas kalau harga BBM akan naik," katanya.
Menurut dia, market
saat ini tidak lagi mempersoalkan masalah tersebut, namun lebih kepada
defisit neraca perdagangan yang pada April lalu kembali mengalami
defisit sebesar US$ 1,6 miliar. "Saya percaya, kalau nanti harga BBM
naik, konsumsi migas akan menurun dan neraca perdagangan akan improve. Kalau improve, rupiah akan menguat," katanya.
Terkait
jatuhnya index, Chatib mengakui bahwa hal tersebut berpengaruh terhadap
Indonesia. Namun, menurut dia, anjloknya stok tidak hanya terjadi di
Indonesia, namun juga di beberapa negara lainnya. "Nikkei juga jatuh.
Tapi saya lihat itu trennya temporer. Biasalah fluktuasi di dalam,"
katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar